Industri Alat Kesehatan Meningkat, Indonesia Mampu Produksi 18 Juta APD Per Bulan
Ilustrasi APD. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan mengungkapkan ada peningkatan jumlah industri yang memproduksi alat kesehatan, terutama produsen masker, alat pelindung diri (APD) dan hand sanitizer di tengah pandemi virus corona atau COVID-19 di Indonesia. 

Peningkatan jumlah industri tersebut, seiring dengan banyaknya permintaan terhadap alat kesehatan. Sebab, daerah penyebaran COVID-19 kian meluas dan jumlah pasien positif terus bertambah setiap harinya. Dengan peningkatan industri alat kesehatan, Indonesia dinilai mampu produksi 18 juta APD per bulan. 

Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Dra Engko Sosialine Magdalene mengatakan, meningkatnya produsen masker, APD dan hand sanitizer disebabkan juga karena perusahaan-perusahaan banyak beralih fungsi untuk memproduksi produk-produk tersebut.

"Terlihat peningkatkan signifikan jumlah produsen per tanggal 4 April dibanding dengan data per 29 Februari 2020. Sebagai contoh adalah produsen masker meningkat 77 persen. Sebelumnya 22 industri, sekarang sudah menjadi 39 industri," kata Engko, dalam rapat virtual dengan Komisi IX DPR, Rabu, 8 April.

Engko mengatakan, peningkatan tertinggi terjadi terhadap produsen APD yang naik hingga 567 persen. Sebelumnya hanya ada tiga industri, namun saat ini tercatat ada 20 industri.

Kemudian, lanjut Engko, peningkatan sebanyak 186 persen terjadi pada industri pembuat hand sanitizer. Saat ini menjadi 103 industri, dari yang sebelumnya hanya 36 industri.

Engko menanggapi positif tren kenaikkan jumlah industri tersebut. Sebab, kata dia, semakin banyak produsen akan berdampak pada terpenuhinya permintaan dalam rangka penanganan COVID-19 tersebut.

Kemenkes, kata dia, juga telah memberikan relaksasi terhadap impor alat kesehatan melalui Permenkes Nomor 7 Tahun 2020 san Kepmenkes Nomor 218 Tahun 2020.

"Di mana pemasukan alkes untuk penanggulangan COVID-19 tidak memerlukan izin edar dan rekomendasi special access scheme dari Kementerian Kesehatan. Namun, seluruh pengajuan ditujukan kepada Gugus Tugas Penanganan COVID-19," tuturnya. 

Tak hanya itu, relaksasi juga diberlakukan bagi indistri alat kesehatan dalam negeri. "Relaksasi dalam negeri untuk mengantisipasi minat diversifikasi dari industri tekstil untuk ikut berpatisipasi dalam memenuhi kebutuhan APD. Maka kami sedang berproses melakukan relaksasi terhadap produksi dalam negeri APD dalam hal ini menjajaki pemberlakuan izin edar," katanya 

Mampu Produksi 18 Juta APD Per Bulan

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam mengatakan, industri dalam negeri sudah mampu memproduksi alat-alat pendukung penanganan COVID-19. Salah satunya, produksi alat pelindung diri (APD) yang sudah dapat diproduksi dengan bahan baku lokal.

"Ini menganai masker dengan bahan yang kita punya, jadi dukungan bahan baku ini tersedia di dalam negeri. Itu bisa untuk selain masker bisa untuk APD. Meltblown maupun spunbond untuk digunakan sebagai bahan masker. Ini juga APD kapasitas yang kita bisa untuk produksi per bulan 18 juta," katanya.

Jumlah industri yang mampu memproduksi APD pun meningkat menjadi 36 perusahaan tekstil dari sebelumnya hanya 6 perusahaan. Sehingga, Indonesia dapat membuat 18 juta masker tersebut. Nantinya, APD produksi industri dalam negeri ini akan disalurkan oleh BNPB untuk mendukung kerja tenaga medis.

Khayam mengatakan, setiap minggunya produksinya akan mencapai 3 juta. Sementara itu, produksi juga sudah mulai jalan pekan ini dengan target 2 juta masker. "Minggu depan antara 2 hingga 3 juta," tuturnya.

Kemenperin, kata Khayam, sudah membuat roadmaps untuk industri obat ke depan terkait ketersediaan bahan baku. Sebab, hal ini memang diperintahkan dalam Inpres No. 6/2016.

"Jadi kita menyiapkan, bahwa lima tahun ke depan itu berkurang (ketergantungan impor) dari 90 persen jadi 80 persen dulu. Jadi kita bikin roadmap ketersediaan bahan baku ke depan. Kita masih banyak mengimpor bahan baku termasuk vitamin. Ini menjadi perhatian kita," tuturnya.

Khayam juga memastikan, ketersediaan sarung tangan untuk tenaga medis. Industri sarung tangan karet Indonesia sangat unggul terutama dalam aspek kapasitas produksi.

"Sarung tangan karet kita sangat unggul. Hampir 8,5 miliar pcs per tahun. Konsentrasinya di Medan jadi ini bisa kita gunakan juga untuk ketersediaan industri medis kita. Produksinya besar sekali mudah-mudahan ini bisa membantu ketersediaan sarung tangan untuk medis," katanya.

Kembangkan Produksi Ventilator

Khayam mengungkap, salah satu inovasi yang sedang didorong Kemenperin saat ini yakni produksi ventilator. Menurut dia, dalam merealisasikannya, pihaknya menjalin kerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Perguruan Tinggi dalam negeri yang telah mengembangkan inovasi di bidang pembuatan ventilator.

"Nanti siang rencananya kita akan berdiskusi untuk ini dan ini sekarang sudah lagi diuji di Kementerian Kesehatan. Jadi mudah-mudahan dengan inovasi-inovasi ini kita dukung untuk dikembangkan dan bekerja sama dengan industri dalam negeri kita," katanya.

Pada prinsipnya dalam menghadapi COVID-19, kata Khayam, Kemenperin mendorong sektor industri alat kesehatan agar dapat mendukung dari sisi ketersediaan APD, masker, obat-obatan, dan juga nanti ventilator jika lolos uji di Kementerian Kesehatan.

Khayam mengatakan, alat-alat tersebut sangat dibutuhkan dan harus menjadi perhatian, supaya Indonesia tidak lagi bergantung dengan impor.

"Itu yang paling penting. Ketika keadaan sangat darurat kita harus mengandalkan impor, ini pasti nantinya akan banyak hambatannya. Kerena negara lain membutuhkan hal yang sama bahkan lebih parah dari kita," katanya.