Bagikan:

JAKARTA - Sekelompok peneliti nuklir Korea Selatan dari Korea Atomic Energy Research Institute pada Hari Selasa, meminta Jepang untuk menarik keputusannya untuk melepaskan air yang terkontaminasi dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima. 

Selasa pekan lalu, Jepang mengumumkan keputusannya untuk melepaskan sekitar 1,3 juta ton air radioaktif dari pembangkit listrik itu ke Samudra Pasifik, dengan alasan potensi risiko kesehatan.

Pernyataan yang mengundang keprihatinan dari Korea Selatan dan China, dua tetangga Jepang yang mengkhawatirkan dampak kesehatan dan lingkungan dari keputusan Jepang.

Sekelompok ahli nuklir dari Korea Atomic Energy Research Institute mengatakan, Jepang belum memberikan informasi spesifik tentang rencana tersebut kepada masyarakat internasional. Para ahli ini juga mengungkapkan kekhawatiran tentang potensi dampak keputusan tersebut terhadap negara-negara tetangga Jepang. 

"Pemerintah Jepang harus membatalkan rencananya untuk melepaskan air radioaktif ke laut," kata para peneliti dalam sebuah pernyataan, melansir Korea Times, Selasa 20 April. 

"Untuk memprediksi secara ilmiah waktu dan tingkat dampak pelepasan air terhadap Korea Selatan, ada kebutuhan mendesak untuk memperoleh data tentang air yang terkontaminasi yang diverifikasi oleh komunitas internasional," papar mereka.

Sementara itu, Kementerian Sains Korea Selatan mengatakan akan segera menganalisis dampak pelepasan air radioaktif terhadap Korea Selatan, setelah Jepang menetapkan rencana terperinci.

Untuk diketahui, Jepang mengatakan akan bekerja sama dengan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), untuk pelepasan air radioaktif dari PLTN Fukushima. Jepang juga menyarankan Korea Selatan dapat mengambil bagian dalam tim pemantau IAEA.

Pada Hari Senin, Menteri Luar Negeri Korea Selatan mengatakan, Negeri Gingseng memiliki sedikit alasan untuk menolak rencana Jepang, jika mengikuti standar IAEA terkait proses pembuangan air radioaktif.