JAKARTA - Hasil survei Jakarta Research Center (JRC) menunjukkan PDI Perjuangan tetap unggul di posisi pertama untuk wilayah DKI Jakarta.
PDIP yang mendapat 20,09 suara diprediksi bakal menguasai Pilkada DKI dan Pileg mendatang bersama Partai Solidaritas Indonesia (PSI), serta Partai Golongan Karya (Golkar) di urutan ketiga.
"PDIP dan PSI diprediksi bakal menguasai DKI Jakarta dalam pemilihan anggota legislatif, diikuti oleh Golkar yang masuk dalam peringkat tiga besar," ujar Direktur Komunikasi JRC Alfian P dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat, 16 April.
PDIP masih berada di posisi pertama meski turun dari hasil survei 2019 lalu dengan angka 22,6 persen.
Sedangkan, PSI berhasil menggeser Gerindra di posisi kedua dengan raihan suara 15,4 persen. Angka ini melonjak jika dibandingkan dengan 2019 yang hanya 6,8 persen.
“Golkar naik dari 5,1 persen menjadi 8,3 persen memantapkan diri dalam jajaran tiga besar," kata Alfian.
Di urutan berikutnya ada PKS yang anjlok dari 15,5 persen pada Pileg 2019 menjadi 7,6 persen. Sebaliknya, Demokrat mengalami kenaikan di posisi kelima dari 5,2 persen menjadi 7,1 persen.
Juara kedua kala survei 2019 yakni Gerindra, juga jeblok dari 15,8 persen menjadi hanya 5,6 persen di posisi keenam.
Alfian menjelaskan, meskipun PDIP tetap unggul akan tetapi partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu cenderung mengalami stagnansi. Sementara PSI berhasil meningkatkan elektabilitasnya lebih dari dua kali lipat perolehan hasil Pemilu 2019.
"Jika terus meningkat, maka PSI bisa menyalip dan menjadi parpol terbesar di DKI Jakarta," jelas Alfian.
Alfian mengungkapkan, sikap kritis wakil rakyat dari PSI di DPRD DKI Jakarta selama ini berkontribusi terhadap kenaikan elektabilitas parpol tersebut. Seperti isu banjir, rumah DP 0 persen, dan transparansi anggaran. Sementara pemilih Jakarta cenderung rasional dan sangat melek informasi.
Sementara dua parpol utama pengusung Anies, yaitu Gerindra dan PKS justru rontok. Kinerja Anies yang tidak menunjukkan prestasi signifikan, kata Alfian, turut memberi disinsentif bagi parpol-parpol pengusungnya.
Kemudian untuk urutan selanjutnya yakni NasDem (6,4 persen menjadi 4,1 persen), PKB (5,2 persen menjadi 2,9 persen), parpol baru Ummat (2,1 persen), PAN (6,5 persen turun menjadi 1,9 persen), dan PPP (3,0 persen menjadi 1,4 persen).
"Partai Ummat bisa menjadi ancaman PAN seiring keluarnya Amien Rais," kata Alfian.
BACA JUGA:
Sisanya parpol-parpol kecil yaitu Perindo (2,8 persen menjadi 0,9 persen), Berkarya (2,0 persen menjadi 0,6 persen), Hanura (1,7 persen menjadi 0,3 persen), dan parpol baru Gelora (0,1 persen).
"Sisanya PBB, PKPI, dan Garuda tidak mendapat dukungan, dan 20,8 persen tidak tahu/tidak jawab," kata Alfian.
Survei JRC dilakukan pada 1-10 April 2021 secara tatap muka kepada 800 responden mewakili seluruh wilayah di DKI Jakarta.
Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error kurang lebih 3,4 persen, dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.