Bagikan:

JAKARTA – Pengamat politik Unpad, Muradi menilai bahwa figur Megawati Soekarnoputri hanya akan berfungsi sebagai simbol meski terpilih kembali memimpin PDI Perjuangan (PDIP) di Kongres 2025.

Dia meyakini PDIP belum akan melakukan suksesi kepemimpinan di Kongres 2025 karena Megawati sudah mendapatkan amanat dari Rapat Kerja Nasional PDIP yang berlangsung Mei 2024 untuk tetap menjadi ketua umum.

“Meski terpilih lagi, Megawati hanya sebagai simbol. Pasalnya mesin PDIP tetap akan dijalankan oleh para kader-kader muda potensial mereka di lapangan. Bagi saya, justru kalau PDIP, simbolik itu penting. Yang mengerjakan itu mesinnya anak muda,” ujar Muradi, Rabu 1 Januari 2025.

Dia menyatakan, posisi ketua umum PDIP sulit untuk digeser, sehingga dipastikan akan kembali dijabat oleh Megawati Soekarnoputri. Hal ini sudah menjadi “hukum” di partai untuk menjaga soliditas PDIP sebagai partai kader dari tokoh bangsa yakni Soekarno dan juga ideologi partai.

“Karena ukurannya, ada unsur, bahasa saya mungkin subjektif ya. Tapi ada unsur yang kemudian penglihatan dari Bu Mega bahwa si A, si B, si C ini sudah bisa atau belum. Makanya, oke saya tetap jadi ketua umum tapi yang jalan banyak anak-anak muda,” imbuhnya.

Muradi menegaskan, bila tidak menjadi ketum, Megawati tetap akan menjabat di posisi strategis agar PDIP tidak goyang oleh pihak eksternal, seperti PKS yang sempat goyang ketika Anis Matta memutuskan untuk keluar dari partai tersebut.

“Kalau misalnya 2025 nanti Bu Mega jadi ketua umum berarti ada dua syarat yang belum terpenuhi untuk suksesi. Salah satu syaratnya, ideologis dan yang kedua adalah berpengalaman. Nah dua ini yang nanti dilihat, apakah Mbak Puan Maharani atau Mas Prananda yang peluang untuk menjadi nahkoda besar dari PDIP itu sendiri,” jelasnya.