JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menjalankan survei mengenai pandangan warga Jakarta atas penggunaan air bersih perpipaan PAM Jaya di tengah rencana kenaikan tarif air.
Survei dilakukan di lima kota administratif Jakarta. Masing masing lokasi sebanyak 10 responden, dan semuanya kategori konsumen rumah tangga.
Berdasarkan pendapat pelangan, sebanyak 60 persen responden merasa tarif PAM saat ini wajar, 26 persen menilai mahal, 8 persen memandang murah, 4 persen mengatakan terlalu mahal, dan 2 persen menyebut sangat murah.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menuturkan, mayoritas atau 60 persen responden pada dasarnya tak masalah bila tarif air mengalami kenaikan.
Namun, PAM Jaya juga harus meningkatkan kualitas air yang didistribusikan lewat jaringan perpipaan itu.
"Sebanyak 60 persen responden setuju jika ada penyesuaian tarif namun wajib diimbangi dengan peningkatan kualitas dan layanan. Artinya, di sisi lain 40 persen tidak setuju dengan kenaikan tarif," kata Tulus dalam keterangannya, Jumat, 27 Desember.
Pada tanggapan warga atas kualitas dan kuantitas air, sebanyak 26 persen merasa air berbau, 22 persen merasa air memiliki rasa, 20 persen merasa air lengket, 16 persen merasa air berwarna.
Kemudian, 12 persen merasa air ada endapan atau tidak jernih, 32 persen merasa tekanan aliran air tidak cukup kuat, dan 12 persen kuantitas air tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
"Ini menandakan masih terdapat persoalan klasik di level managerial, baik dari sisi hulu, maupun hilir, yang akhirnya berdampak thd pelayanan," ungkap Tulus.
Dengan demikian, Tulus merekomendasikan agar Perumda PAM Jaya bisa meningkatkan dan menjaga keandalan kualitas air perpipaan yang mereka layani. Selain itu, dalam wacana kenaikan tarif, PAM Jaya juga mesti mempertimbangkan kondisi pelanggannya.
"Jika ada kebijakan tarif baru, maka keberpihakan pada golongan ini harus kuat, yakni memerhatikan aspek daya beli mereka," imbuhnya.