Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah sedang mempertimbangkan rumah susun menjadi rumah singgah sebagai hunian sementara bagi korban terdampak kebakaran di kawasan permukiman penduduk yang berlokasi di Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno mengatakan, pihaknya baru saja menggelar rapat tingkat menteri bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memikirkan rumah susun (rusun) sebagai rumah singgah, sebelum korban dipindahkan ke hunian tetap mereka.

"Kita memikirkan rumah singgah sementara. Nanti akan dicek oleh Pak Wamen Perumahan dan Kawasan Permukiman, terus kemudian Wamen PU juga akan cek untuk melihat kira-kira rusun mana yang bisa dijadikan rumah singgah sementara sebelum nanti kita memikirkan rumah huni yang tetap untuk mereka," kata Pratikno saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis 12 Desember, disitat Antara.

Pratikno menjelaskan bahwa dalam rapat tersebut Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (WamenPKP) Fahri Hamzah dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum (WamenPU) Diana Kusumastuti akan meninjau terlebih dahulu rusun yang bisa dijadikan rumah singgah sementara.

Menurut Pratikno, korban pengungsi perlu menempati rumah singgah terlebih dahulu sebelum mereka pindah ke hunian tetap, yang saat ini masih dikaji oleh pemerintah.

Setelah kebakaran tersebut meluluhlantakkan hampir 600 rumah, lebih dari 1.500 korban saat ini masih mengungsi di posko siaga yang berada di SDN 09 Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, sedangkan korban lainnya berada di lapangan serbaguna.

"Pengungsi kan sekarang sudah di SD. Padahal kan SD sebentar lagi sudah akan dipakai. Harus segera dipakai. Diaktifkan. Yang kedua di lapangan. Masyarakat kan enggak bisa berlama di situ," kata Pratikno.

Sambil memikirkan rumah singgah, pemerintah pusat menginstruksikan agar pelayanan dan bantuan terhadap korban kebakaran terus dilakukan.

Adapun kebakaran yang terjadi pada Selasa 10 Desember siang lalu terjadi di pemukiman padat penduduk ini. Akibat kebakaran itu, sebanyak 1.800 jiwa dari 600 KK dan tujuh rukun tetangga (RT) yakni RT 03, 04, 05, 06, 07, 08 dan 09 (tergabung dalam RW 05) terdampak.