Penembakan Daunte Wright, Kepala Polisi Brooklyn Center dan Anggotanya Mengundurkan Diri
Ilustrasi unjuk rasa menentang penembakan. (Wikimedia Commons/Mike Shaheen)

Bagikan:

JAKARTA - Kim Potter, petugas kepolisian yang menembak mati Daunte Wright, pria kulit hitam dalam insiden di pinggiran Kota Minneapolis, bersama dengan Kepala Kepolisian setempat Tim Gannon mengundurkan diri dari dinas kepolisian.

Potter, yang menurut pihak berwenang negara bagian menembak mati Daunte Wright pada hari Minggu saat razia lalu lintas, dan Kepala Polisi Tim Gannon - yang mengatakan kepada wartawan hari Senin bahwa Potter tampaknya salah mengira senjatanya untuk Taser selama penembakan, mengundurkan diri seiring meningkatnya unjuk rasa atas insiden tersebut.

Namun, Walikota Brooklyn Center Mike Elliott yang sebelumnya menyatakan kepada CBS akan memecatnya, menyatakan belum menerima pengunduran diri Potter. 

"Kami melakukan proses internal, kami bertanggung jawab atas langkah-langkah yang perlu kami ambil," kata Elliott kepada wartawan, seperti melansir CNN, Rabu 14 April.

Surat pengunduran diri itu datang setelah protes malam kedua mengguncang kota, dengan ratusan demonstran mengungkapkan kemarahan atas kematian Daunte Wright. Beberapa di antaranya terlibat bentrok dengan aparat kepolisian.

Elliott mengatakan kepada CBS, dia ingin semua orang tinggal di rumah. Namun, Ia juga menyebut akan melindungi hak orang untuk berkumpul dengan damai. 

Kematian Wright menambah daftar korban tewas pria kulit hitam terkait polisi di Menneapolis dalam lima tahun terakhir. Sebelumnya, ada penembakan Philando Castile di Falcon Heights tahun 2016 dan George Floyd di Minneapolis tahun lalu. 

"Ada banyak kekacauan yang terjadi sekarang. Kami hanya mencoba untuk mengatasi situasi dan mencoba menciptakan ketenangan," ujar Tony Gruenig yang ditunjuk sebagai penjabat kepala kepolisian saat diperkenalkan oleh Elliott.

ilustrasi
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/Paul Sableman)

Unjuk rasa di dekat Departemen Kepolisian Brooklyn menentang penembakan ini terus berlangsung. Polisi menembakan gas air mata dan senjata kejut untuk membubarkan demostran. Polisi juga menerima laporan pembobolan dan penjarahan. Otoritas setempat menyebut hingga Selasa ada 40 orang ditahan 

Sebelumnya, Wright bersama pacarnya Minggu sore, mengemudi ke rumah kakak laki-lakinya, ketika polisi menghentikannya di Brooklyn Center karena plat kendaraan yang sudah kadaluwarsa, kata polisi. Petugas mengetahui dia memiliki surat perintah yang luar biasa dan mencoba memborgolnya saat dia berdiri di luar mobilnya, kata polisi. Tidak segera jelas untuk apa surat perintah itu.

Rekaman kamera tubuh yang dirilis Senin menunjukkan Wright berdiri di luar kendaraannya dengan tangan di belakang punggung dan seorang petugas tepat di belakangnya, mencoba memborgolnya. Seorang petugas memberi tahu Wright "jangan," sebelum Wright berbalik dan kembali ke kursi pengemudi mobil. Tim Gannon, kepala polisi hingga Selasa, mengatakan pada hari Senin bahwa dari video terlihat Wright berusaha untuk pergi.

Petugas yang rekaman kameranya dirilis terdengar memperingatkan pria bahwa dia akan menggunakan Taser padanya, sebelum berulang kali berteriak, "Taser! Taser! Taser!" Kemudian, terdengar petugas itu berteriak, "Saya baru saja menembaknya."

Pintu mobil tertutup, dan Wright pergi. Mobil itu jatuh beberapa blok jauhnya, kata polisi. Polisi dan personel medis berusaha menyelamatkan nyawa setelah kecelakaan itu, tetapi Wright meninggal di tempat kejadian, kata Gannon.

Tim Gannon mengatakan bagian dari rekaman kamera yang dikenakan di tubuh yang dirilis Senin membuatnya percaya bahwa penembakan itu tidak disengaja dan bahwa tindakan petugas sebelum penembakan itu konsisten dengan pelatihan departemen tentang Taser.

Ayah Wright, Aubrey Wright, mengatakan kepada ABC pada Hari Selasa, dia tidak dapat menerima penjelasan Gannon jika penembakan Hari Minggu itu tidak disengaja.

"Saya tidak bisa menerima itu sebuah kesalahan. Itu kedengarannya tidak benar," katanya kepada ABC dalam 'Good Morning America'.