JAKARTA - Wilayah Jakarta Timur menjadi salah satu rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam kontestasi Pilkada 2024. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta Timur, jumlah daftar kehadiran pemilih di TPS hanya mencapai 59,25 persen.
"Kami kemarin hitung dari angka yang hadir di TPS total ada 59,25 persen kehadiran," ujar Ketua KPU Jakarta Timur, Tedi Kurnia saat dikonfirmasi, Selasa, 3 Desember.
Penyebab turunnya partisipasi masyarakat pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di wilayah Jakarta Timur masih dalam penelaahan KPU Jakarta Timur.
"Kalau penyebab kami masih telaah, ini kelemahannya darimana. Kami dari lembaga sudah mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat bahkan teman-teman Gen-Z," ujarnya.
Untuk kalangan Gen-Z, Tedi mengaku bawah KPU Jakarta Timur telah melakukan sosialisasi melalui lomba olahraga basket ke seluruh sekolah negeri hingga swasta. Sosialisasi itu dilakukan secara masif.
"Kami sudah masif dan berupaya sekuat tenaga. Namun kenapa mereka tidak hadir dan tidak datang ke TPS, kami belum bisa memastikan apa alasannya," katanya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya menyoroti dugaan rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada 2024.
Meski masih menunggu data resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), ia mengakui adanya indikasi penurunan partisipasi yang diduga disebabkan oleh kejenuhan masyarakat terhadap rangkaian proses pemilu yang berdekatan.
"Data resmi dari KPU masih kami tunggu. Namun, di beberapa daerah terlihat ada penurunan angka partisipasi. Hal ini menunjukkan tren yang perlu kita perhatikan, terutama apakah Pilkada 2024 lebih rendah dibandingkan Pilpres atau tidak," ujar Bima Arya, Senin 2 Desember.
Menurut Bima, salah satu penyebab rendahnya antusiasme pemilih adalah waktu penyelenggaraan yang terlalu berdekatan antara pemilihan legislatif (Pileg), pemilihan presiden (Pilpres), dan Pilkada. Faktor ini diduga memicu kejenuhan di kalangan masyarakat.