JAKARTA - Kementerian Sosial (Kemensos) membantah soal kabar yang menyebut sejumlah warga Nusa Tenggara Timur (NTT) menolak menemui Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Kepala Bagian Publikasi dan Pemberitaan Kemensos, Herman Koswara menyebut tidak ada penolakan apapun dari masyarakat. Bahkan, Risma sudah beberapa kali ke NTT untuk meninjau kondisi pascainsiden banjir bandang.
"Ibu Risma datang ke NTT nggak ada penolakan. Bahkan beliau 2 kali datang dan menyambangi warga yang terdampak," ucap Kepala Bagian Publikasi dan Pemberitaan Kemensos, Herman Koswara kepada VOI, Minggu, 11 April.
Demikian disampaikan menanggapi video viral yang menyebut adanya penolakan bantuan dan kedatangan Risma oleh warga NTT. Pemicunya karena ada dokumentasi pemberian bantuan itu. Warga menolak adanya dokumentasi.
Menurutnya, dokumentasi dan pendistribusian bantuan menjadi hal penting karena menjadi bukti. Tapi, Herman tak menjelaskan soal bantuan yang ditarik setelah proses dokumentasi rampung.
"Kalau donatur ada yang minta didokumentasikan adalah hal yang wajar, untuk memastikan bahwa bantuan itu ada," kata dia.
BACA JUGA:
Sebelumnya diberitakan, viral di media sosial yang menampilkan bagaimana sejumlah warga menolak bantuan yang mereka sebut hanya jadi ajang pencitraan. Mereka juga menolak temui Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.
Dalam unggahan akun Twitter @ipunglombok, tertulis sumbangan yang diberi kepada para pengungsi sebagai formalitas belaka. Memang, dalam video tampak seorang warga dengan baju lengan panjang meminta donatur membawa pulang kembali barang-barang yang disumbangkan.
"Sumbangan bencana banjir hanya formalitas buat disyuting lalu dibawa pulang lagi dan besok keluar siaran sudah kirim bantuan. Kita yang banjir ini desa jadi bantuan formalitas yang diberikan untuk berita," tulisnya.
"Kami disuruh mencari, melewati lembah, kami taruhan nyawa bapak, jangan karena urusi barang ini bapak, bawa pulang saja," kata relawan itu.
"Masih banyak donatur yang hatinya ikhlas, jangan karena barang ini kalian tidak menganggap kami bapak," tambahnya.
"Kalau mau menteri atau wakil gubernur datang ke sini, wakil gubernur semalam ngomong dengan saya di TV, beliau bilang mau datang ke sini, tetapi kalau prosedurnya seperti ini ambil di sini, difoto lalu dibawa lagi itu, bawa langsung pulang, terlalu ribet, bawa pulang saja bapak, kami tidak butuh," katanya.
Lebih lanjut, pria berbaju hijau juga menyatakan resistensi terhadap para petugas kecamatan. Alasannya, tak pernah ada petugas kecamatan yang terlihat sejak banjir hari pertama.
"Datang pas hari H, seolah-olah memerintah kami di sini. Bapak, posko kami ini posko relawan murni. Kami tidak membeda-bedakan," tuturnya.
Relawan itu juga mengaku kecewa karena pihak kecamatan yang terkesan menggiring para pengungsi untuk menemui Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini yang tengah berada di kantor camat.
Kenapa pula para pengungsi itu yang harus menemui Risma? Begitu pikir mereka. "Itu yang kami tidak mau. Kalau menteri mau bertemu dengan pengungsi, maka menteri datang ke sini."
"Mereka (pengungsi) tidak boleh keluar dari sini, karena fisik dan psikisnya sedang sakit, masa mau dibawa ketemu orang sehat hanya karena mereka pejabat."
"Kalau mau menteri atau wakil gubernur datang ke sini, wakil gubernur semalam ngomong dengan saya di TV, beliau bilang mau datang ke sini, tetapi kalau prosedurnya seperti ini ambil di sini, difoto lalu dibawa lagi itu, bawa langsung pulang, terlalu ribet, bawa pulang saja bapak, kami tidak butuh," katanya.