Bagikan:

JAKARTA - Viral video terkait distribusi bantuan di wilayah terdampak bencana. Video tersebut viral di media sosial lantaran masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) tak ingin pemberian bantuan didokumentasikan.

Menanggapi Kepala Bagian Publikasi dan Pemberitaan Kementerian Sosial, Herman Koswara menyebut dokumentasi pemberian bantuan menjadi hal yang penting untuk dilakukan.

Alasan pertama, dokumentasi itu sebagai bukti jika bantuan memang sudah sampai kepada masyarakat yang membutuhkan.

"Dokumentasi itu penting, penting. Kenapa, satu, dokumentasi untuk memastikan bahwa bantuan itu sudah sampai di tempat," kata Herman saat dihubungi VOI melalui sambungan telepon, Senin, 12 April. Selain itu, dokumentasi juga disebut sebagai bukti dari akuntabilitas. 

Kemensos, kata Herman, paham jika masyarakat di wilayah terdampak bencana tentunya merasa syok maupun frustasi terhadap kondisi mereka. Namun, dia memastikan, tak ada penolakan bantuan seperti video viral tersebut.

"Saya pikir ketika ada bantuan yang memang ditolak, ya tidak ada. Namun, mungkin ada miss presepsi saja," tegasnya.

"Karena saya lihat, di NTT, NTB, buktinya Bu Menteri (Mensos Tri Rismaharini, red) dua kali istilahnya berangkat untuk memastikan. Artinya, Bu Menteri sebagai istilahnya pimpinan tertinggi di bidang sosial dia ingin menyapa, memberi dukungan emosional pada pengungsi dengan menyapa langsung," imbuh Herman.

Diberitakan sebelumnya, viral di media sosial yang menampilkan bagaimana sejumlah warga menolak bantuan yang mereka sebut hanya jadi ajang pencitraan. Mereka juga menolak temui Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.

Dalam unggahan akun Twitter @ipunglombok, tertulis sumbangan yang diberi kepada para pengungsi sebagai formalitas belaka. Memang, dalam video tampak seorang warga dengan baju lengan panjang meminta donatur membawa pulang kembali barang-barang yang disumbangkan. 

"Sumbangan bencana banjir hanya formalitas buat disyuting lalu dibawa pulang lagi dan besok keluar siaran sudah kirim bantuan. Kita yang banjir ini desa jadi bantuan formalitas yang diberikan untuk berita," tulisnya.

"Kami disuruh mencari, melewati lembah, kami taruhan nyawa bapak, jangan karena urusi barang ini bapak, bawa pulang saja," kata relawan itu.

"Masih banyak donatur yang hatinya ikhlas, jangan karena barang ini kalian tidak menganggap kami bapak," tambahnya.

"Kalau mau menteri atau wakil gubernur datang ke sini, wakil gubernur semalam ngomong dengan saya di TV, beliau bilang mau datang ke sini, tetapi kalau prosedurnya seperti ini ambil di sini, difoto lalu dibawa lagi itu, bawa langsung pulang, terlalu ribet, bawa pulang saja bapak, kami tidak butuh," katanya.

Lebih lanjut, pria berbaju hijau juga menyatakan resistensi terhadap para petugas kecamatan. Alasannya, tak pernah ada petugas kecamatan yang terlihat sejak banjir hari pertama.

"Datang pas hari H, seolah-olah memerintah kami di sini. Bapak, posko kami ini posko relawan murni. Kami tidak membeda-bedakan," tuturnya.

Relawan itu juga mengaku kecewa karena pihak kecamatan yang terkesan menggiring para pengungsi untuk menemui Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini yang tengah berada di kantor camat.

Kenapa pula para pengungsi itu yang harus menemui Risma? Begitu pikir mereka. "Itu yang kami tidak mau. Kalau menteri mau bertemu dengan pengungsi, maka menteri datang ke sini."

"Mereka (pengungsi) tidak boleh keluar dari sini, karena fisik dan psikisnya sedang sakit, masa mau dibawa ketemu orang sehat hanya karena mereka pejabat."

"Kalau mau menteri atau wakil gubernur datang ke sini, wakil gubernur semalam ngomong dengan saya di TV, beliau bilang mau datang ke sini, tetapi kalau prosedurnya seperti ini ambil di sini, difoto lalu dibawa lagi itu, bawa langsung pulang, terlalu ribet, bawa pulang saja bapak, kami tidak butuh," katanya.