Bagikan:

GIANYAR -  Kementerian Pariwisata bersama Dinas Pariwisata Kabupaten dan Kota se-Bali dan pelaku pariwisata menyamakan persepsi menjelang dibukanya pariwisata Bali.

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf) Kurleni Umar mengatakan pembukaan pariwisata Bali akan dilakukan secara bertahap.

"Pembukaan dilakukan secara bertahap, di mana Nusa Dua, Sanur, dan Ubud sebagai pilot projectnya," kata Umar di Gianyar, Bali, Rabu, 7 April.

Menurutnya, pariwisata akan dibuka jika risiko penularan COVID-19 yang rendah. Hal itu dapat diwujudkan dengan vaksinasi untuk tercapainya herd imumnity terutama pada zona prioritas serta kesiapan industri untuk jaminan pelayanan prima dan konsistensi penerapan prokes atau dengan sertifikasi CSHE.

Ada beberapa parameter yang harus dipenuhi seperti penurunan tingkat kasus baru serta penurunan populasi tertular COVID-19. 

Di samping itu, kesiapan sistem kesehatan dan keselamatan yang memadai  juga menjadi parameter dibukanya Bali. Ia juga meminta terwujudnya sistem transportasi yang aman.

"Saya ingin ada yang bertanggung jawab terhadap transportasi, artinya memastikan sistem transportasi yang terintegrasi dengan zona aman. Intinya disini memastikan wisatawan berkunjung ke daerah zona hijau," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa juga menekankan biro perjalanan harus mengajak wisatawan berkunjung ke zona hijau.

"Biro perjalanan harus memastikan wisatawan berkunjung ke green zone. Biro perjalanan juga harus mengatur paket tur sesuai arahan gubernur," ujar Astawa.

Tentunya dengan integrasi berbagai elemen wisatawan yang datang sehat begitu pula saat pulang ke negaranya dengan sehat.

Astawa mengatakan, travel bubble yang dibuka nantinya yaitu wisatawan dari China, UEA, Singapura dan Korea. Ia mengharapkan, tata kelola pembangunan kepariwisataan harus diselenggarakan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah dan terintegrasi dalam satu kesatuan wilayah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Bali yang lebih baik.

"Dijadikannya Ubud sebagai pilot project dibukanya pariwisata mengingat sejarah pariwisata Bali yang dimulai dari Ubud, dan berkembang ke Sanur dan Nusa Dua," ujarnya.

Sedangkan Wakil Bupati Gianyar Anak Agung Gde Mayun memaparkan sistem vaksinasi di Gianyar yang dijadikan percontohan vaksinasi Bali mengungkapkan bahwa vaksinasi di Gianyar berbasis banjar.

"Mengapa banjar? Karena di Bali pada khususnya banyak program yang telah berhasil dilakukan dengan berbasis pada banjar. Disamping itu, dengan memanfaatkan kelian banjar untuk mendata masyarakatnya itu sendiri ataupun pekerja yang ada di wilayah banjarnya tersebut sekaligus memobilisasi untuk datang melaksanakan vaksin," ujar Agung Mayun.