Stok Vaksin Menurun Imbas Embargo, DPR: Kalau Kosong Bagaimana Vaksinasi Dilanjutkan?
Ilustrasi (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah segera melakukan langkah taktis guna menjamin ketersediaan vaksin nasional tercukupi. Menyusul menurunnya jumlah vaksin imbas embargo AstraZeneca yang dilakukan pemerintah India. Dimana negara ini tidak akan mengirim vaksin AstraZeneca ke WHO dan GAVI. 

"Kalau pemerintah lambat, maka tujuan herd immunity sulit untuk kita capai," ujar Netty kepada wartawan, Rabu, 7 April.

Menurut Netty, apabila pabrik India tidak memungkinkan mengirimkan vaksin maka pemerintah Indonesia harus melakukan negosiasi ke pabrik-pabrik AstraZeneca lainnya. Seperti pabrik yang ada di Thailand.

Wakil ketua Fraksi PKS ini khawatir Indonesia tidak dapat mewujudkan target 1 juta dosis suntikan per hari karena mengalami kekosongan vaksin usai adanya embargo tersebut. 

"Kalau vaksin kita kosong, maka proses vaksinasi tidak bisa dilanjutkan. Pastinya, ini akan berdampak pada tidak tuntasnya vaksinasi dalam waktu 15 bulan sebagaimana target dari pemerintah" katanya. 

Belum lagi, kata Netty, potensi kekosongan vaksin juga akan merembet ke hal-hal lain. Seperti, penerapan kebijakan Pembelajaran tatap Muka (PTM) yang bakal digelar serentak per Juli.

"Lalu bagaimana dengan wacana PTM bulan Juli? Apakah guru-guru bisa dijamin sudah divaksin semua? Apalagi saat stok vaksin masih ada saja, vaksinasi terhadap tenaga pendidik masih berjalan lambat" terangnya.

Karenanya, Ketua Tim COVID-19 Fraksi PKS ini mengingatkan pemerintah Indonesia terus mendorong lahirnya kesamaan sikap di tingkat global soal keadilan dalam mengakses vaksin. Jangan sampai, kata dia, vaksin dimonopoli oleh negara-negara maju yang memiliki teknologi yang memadai.

"Kejadian embargo ini juga harus menjadi kesadaran bagi pemerintah dalam mempercepat pengembangan vaksin nasional seperti Merah Putih dan vaksin nusantara," 

"Jika kita mampu berdikari dalam produksi vaksin, kita tidak hanya mencukupi kebutuhan vaksin dalam negeri tetapi juga bisa membantu negara-negara lainnya," katanya menandaskan. 

Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan vaksinasi COVID-19 bakal kembali meningkat pada bulan Mei 2021 karena ada produksi vaksin secara masal dari Bio Farma.

Sementara itu, PT Bio Farma memastikan sebanyak 30 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk akan tiba pada April ini. 

"Sampai saat ini berapa bulk Sinovac yang bisa diolah? Seperti apa kapasitas produksi dari Bio Farma? Perlu dilakukan percepatan agar produksi vaksin COVID-19 dalam negeri bisa lebih banyak lagi. Jangan sampai, kita mendatangkan Sinovac bulk yang begitu banyak (140 juta dosis) tapi kemampuan produksi kita rendah, ini akan menjadi sia-sia"  katanya.