Pemerintah Siapkan Cara Cegah Penularan COVID-19 di Pengungsian Korban Bencana NTT
Kepala BNPB Doni Monardo meninjau lokasi pengungsian korban bencana di NTT (DOK. BNPB)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyebut pemerintah menyiapkan sejumlah cara untuk mencegah penularan COVID-19 di tengah pengungsi bencana banjir bandang di Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Salah satunya, pemerintah akan memberi dana tunggu hunian sehingga para korban bencana bisa mengungsi ke rumah kerabat mereka.

Hal ini dilakukan demi mengurangi terjadinya penumpukan korban bencana banjir bandang di pengungsian. Hanya saja, Doni tak merinci lebih jauh nominal bantuan dana tunggu tersebut.

"Kami akan upayakan pengungsi bisa semaksimal mungkin untuk menyewa rumah keluarga mereka dengan cara memberikan dana tunggu hunian kepada tiap keluarga setelah pemerintah daerah mengajukan usulan ke BNPB," kata Doni dalam konferensi pers secara daring yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 6 April.

Selain itu, pemerintah juga akan menyalurkan alat rapid antigen untuk melakukan skrining kesehatan di tengah pandemi COVID-19.

"BNPB bersama Kemenkes menyalurkan alat rapid antigen ke seluruh daerah supaya bisa melakukan skrining bagi warga, termasuk rombongan dari luar, TNI dan Polri, serta relawan," ungkapnya.

Selain itu, ke depan, BNPB bakal segera membangun rumah milik warga yang rusak berat hingga rusak ringan. 

"Di mana anggaran yang disiapkan untuk rusak berat Rp50 juta, rusak sedang Rp25 juta, dan rusak ringan Rp10 juta," ujarnya.

BNPB sebelumnya melaporkan sebanyak 128 orang meninggal dunia akibat bencana alam berupa banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur. 

"Total warga meninggal dunia berjumlah 128 warga meninggal dunia selama cuaca ekstrem berlangsung di beberapa wilayah tersebut, dengan rincian Kabupaten Lembata 67 orang, Flores Timur 49, dan Alor 12," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan tertulis, Selasa, 6 April.

BNPB menyebut cuaca ekstrem dampak siklon tropis Seroja masih berpotensi terjadi di kawasan NTT dalam beberapa hari ke depan. 

Raditya mengatakan, bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di NTT pada Minggu, sekitar pukul 01.00 WITA, juga mengakibatkan sekitar 8.000 warga mengungsi.

Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Senin, 5 April pukul 23.00 WIB, sebanyak 2.019 Kepala Keluarga (KK) atau 8.424 warga mengungsi, dan 1.083 KK atau 2.683 warga lainnya terdampak.

"Pemerintah daerah terus memutakhirkan data dari kaji cepat di lapangan. Warga yang mengungsi tersebar di lima kabupaten di wilayah Provinsi NTT," kata dia. 

Menurut data BNPB, pengungsian terbesar diidentifikasi berada di Kabupaten Sumba Timur dengan jumlah 7.212 orang atau 1.803 KK, Lembata 958 orang, Rote Ndao 672 orang atau 153 KK, Sumba Barat 284 orang atau 63 KK dan Flores Timur 256 orang.

Selain itu, siklon tropis ini juga berdampak pada 8 wilayah administrasi kabupaten dan kota. Ke-8 wilayah itu adalah Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao dan Alor.