Bagikan:

JAKARTA - Komisaris Jenderal Badan Pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan, warga sipil di Jalur Gaza utara tidak memiliki pilihan selain pergi atau kelaparan.

"Sistem kesehatan telah runtuh," katanya dalam sebuah unggahan di X, dilansir dari WAFA 15 Oktober.

"Kami tidak dapat menghubungi tim kami karena terputusnya jaringan telekomunikasi. PBB belum diizinkan untuk memberikan bantuan apapun, termasuk makanan sejak 30 September. Dua titik penyeberangan ke Gaza utara telah ditutup sejak saat itu," lanjutnya.

“Kamp Jabalia terkena dampak paling parah, sekitar 50.000 orang terpaksa mengungsi. Layanan dasar, termasuk dari UNRWA, telah terganggu atau terpaksa dihentikan termasuk pusat kesehatan UNRWA kami, sementara hanya dua sumur air yang beroperasi," tambah Lazzarini.

Serangan-serangan seperti itu, sabotase infrastruktur sipil dan penolakan yang disengaja terhadap bantuan penting terus digunakan sebagai taktik oleh Otoritas Israel untuk memaksa orang mengungsi, tegasnya.

"Hukum Humaniter Internasional sudah jelas: orang tidak dapat dipindahkan secara paksa, warga sipil harus dilindungi setiap saat dan diberi akses ke kebutuhan dasar jika mereka memilih untuk tinggal," jelasnya.

"Di Gaza, sudah terlalu banyak garis merah yang dilanggar. Apa yang mungkin merupakan kejahatan perang masih bisa dicegah," tandasnya.

Komisaris Jenderal UNRWA juga kembali menyerukan gencatan senjata segera.

"Belum terlambat untuk menunjukkan keberanian dan kemanusiaan," katanya.