Bagikan:

JAKARTA - Kepala badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza meski hanya satu jam, untuk memungkinkan perjalanan yang aman bagi keluarga yang ingin mengungsi, saat situasi di wilayah tersebut dinilai mengerikan.

Pejabatan kesehatan setempat mengatakan, mereka kehabisan persediaan untuk merawat pasien yang terluka dalam serangan Israel selama tiga minggu.

Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan, situasi kemanusiaan telah mencapai titik yang mengerikan, dengan mayat-mayat ditinggalkan di pinggir jalan atau terkubur di bawah reruntuhan.

"Di Gaza utara, orang-orang hanya menunggu untuk mati," cuitnya di X, melansir Reuters 22 Oktober.

"Mereka merasa ditinggalkan, putus asa dan sendirian," katanya.

"Saya menyerukan gencatan senjata segera, bahkan jika hanya untuk beberapa jam, untuk memungkinkan perjalanan kemanusiaan yang aman bagi keluarga yang ingin meninggalkan daerah tersebut dan mencapai tempat yang lebih aman," seru Lazzarini.

Seruan itu datang ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken tiba di Israel untuk mencari cara menghidupkan kembali upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

Washington diketahui telah meminta Israel untuk mengizinkan lebih banyak pasokan kemanusiaan ke Gaza utara.

Israel sendiri mengatakan telah mengizinkan sejumlah truk bantuan masuk serta memfasilitasi pengiriman melalui udara, tetapi pejabat kesehatan Palestina mengatakan tidak ada bantuan yang sampai kepada mereka dan situasinya sangat sulit.

Militer Israel, yang melancarkan serangan terhadap militan Hamas yang bertahan di kota terdekat Jabalia bulan ini, mengatakan mereka mengevakuasi orang-orang di sepanjang rute yang ditentukan dan telah menyaring puluhan militan dari warga sipil yang menuju ke selatan.

Pesawat tanpa awak Israel berputar-putar di atas kepala sambil menyerukan warga Palestina untuk mengungsi dari daerah sekitar kota Beit Lahiya, dekat dengan garis perbatasan tempat serangan yang dimulai di sekitar daerah terdekat Jabalia di selatan dimulai awal bulan ini.

Banyak warga Palestina khawatir evakuasi kota-kota di utara merupakan bagian dari rencana Israel untuk membersihkan daerah tersebut dari penduduknya, guna menciptakan zona penyangga yang akan memungkinkan Israel untuk mengendalikan Gaza setelah perang.

Militer membantah evakuasi tersebut merupakan bagian dari rencana yang lebih luas, dengan mengatakan bahwa mereka memindahkan orang-orang untuk memisahkan mereka dari para pejuang Hamas, tetapi gambaran strategis yang lebih luas masih belum jelas sejak kematian Sinwar menyingkirkan salah satu hambatan utama Israel.

Dikatakan, pasukan telah membongkar terowongan dan infrastruktur lainnya di Beit Lahiya dan penduduk setempat mengatakan pertempuran tampaknya terbatas pada serangan tabrak lari oleh kelompok kecil militan Hamas, "bukan pertempuran sebenarnya atau pertempuran yang seimbang," kata seorang warga Palestina di daerah itu melalui WhatsApp.