Bagikan:

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meningkatkan pemahaman distribusi informasi peringatan dini potensi gempa dan tsunami di Kota Palu melibatkan seismologis-masyarakat setempat.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan upaya itu dilakukan dengan menggelar latihan uji komunikasi dengan pengenalan teknologi pemantau dan pendeteksi gempa-tsunami, analisa hasil pemodelan, alur komunikasi multisektor, hingga aksi respons cepat dan simulasi penanggulangan.

“Semua itu penting sebagaimana hasil evaluasi dari kejadian gempa dan tsunami yang melanda Palu enam tahun lalu supaya informasi tepat dan cepat dijangkau, bisa direspons cepat pula oleh masyarakat,” kata Daryono saat pembukaan pelatihan bertajuk "BMKG-JICA Palu Communication Transmission Exercise" secara daring yang diikuti di Jakarta, Rabu 25 September, disitat Antara.

Dia menjelaskan, pelatihan itu berlangsung di Kota Palu 25-26 September. Menurutnya, kecepatan pengolahan data, distribusi informasi dan respons masyarakat salah satu pelajaran penting yang dipetik dari gempa bumi dan tsunami pada 28 September 2018 ini.

Hasil analisa tim BMKG bersama para ahli lainnya mendapati gempa berkekuatan 7,5 magnitudo tersebut berpusat di darat dengan mekanisme geser, namun memicu tsunami, likuifaksi, longsor dan runtuhan batu yang datang 2-3 menit setelah getaran gempa terjadi.

“Saat itu terjadi pula keterlambatan distribusi informasi peringatan dini tsunami (PDT-3) selama lima menit akibat keterbatasan teknis sistem InaTEWS,” kata dia.

BMKG menilai fenomena gempa dan tsunami yang melanda Kota Palu dan sekitarnya tersebut patut untuk dijadikan bahan evaluasi bagi petugas pemantauan seismik sekaligus bahan edukasi kepada masyarakat supaya lebih siap menghadapi risiko bencana serupa nantinya.