Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Australia akan mencabut penghargaan militer dari sekelompok veteran perang, terkait dugaan tuduhan kejahatan perang di Afghanistan, kata Menteri Pertahanan Richard Marles pada Hari Kamis.

Penyelidikan selama empat tahun yang diketuai oleh Mayor Jenderal Paul Brereton menyimpulkan pada tahun 2020, ada informasi yang dapat dipercaya tentang dugaan pembunuhan yang melanggar hukum terhadap 39 orang oleh atau yang melibatkan 25 anggota militer Australia, sebagai bagian dari budaya memaksa rekrutan junior untuk membunuh tawanan yang tidak berdaya untuk "menumpahkan darah" mereka untuk pertempuran.

Sebagai bagian dari penyampaian rekomendasi akhir penyelidikan, yang dikenal sebagai Laporan Brereton, Menhan Marles telah menulis kepada beberapa perwira yang bertugas di Afghanistan, untuk memberi tahu mereka, medali yang diberikan untuk pengabdian akan ditarik.

"Tuduhan yang menjadi subjek Laporan Brereton bisa dibilang merupakan tuduhan paling serius tentang kejahatan perang Australia dalam sejarah kita," kata Menhan Marles kepada parlemen pada Hari Kamis, melansir Reuters 12 September.

"Ini akan selalu menjadi masalah rasa malu nasional," tandasnya.

Pemerintah belum menyebutkan nama veteran yang akan kehilangan penghargaan atau berapa banyak yang akan terkena dampaknya.

Berdasarkan rekomendasi laporan tersebut, 19 anggota militer Australia saat ini dan sebelumnya dirujuk ke penyidik ​​khusus untuk menentukan apakah ada cukup bukti untuk mengajukan tuntutan hukum.

Sebelumnya, seorang mantan prajurit didakwa melakukan kejahatan perang tahun lalu.

Diketahui, Australia berpartisipasi dalam pasukan internasional pimpinan NATO yang melatih pasukan keamanan Afghanistan dan memerangi Taliban selama dua dekade setelah penggulingan kelompok militan tersebut dari kekuasaan pada tahun 2001.

Lebih dari 39.000 tentara Negeri Kanguru bertugas di Afghanistan. Dari jumlah itu, 41 di antaranya tewas.