Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat menyita pesawat yang digunakan oleh Presiden Venezuela Nicolas Maduro, menilai pembeliannya melanggar sanksi dan menerbangkannya dari Republik Dominika ke Florida, kata Departemen Kehakiman AS pada Hari Senin.

Jaksa Agung AS Merrick Garland mengatakan dalam sebuah pernyataan, pesawat Dassault Falcon 900EX yang disita dibeli secara ilegal seharga 13 juta dolar AS melalui perusahaan cangkang dan diselundupkan keluar AS "untuk digunakan oleh Nicolas Maduro dan kroninya."

"Biarkan penyitaan ini mengirimkan pesan yang jelas: pesawat yang diperoleh secara ilegal dari Amerika Serikat untuk kepentingan pejabat Venezuela yang dikenai sanksi tidak dapat terbang begitu saja," kata Matthew Axelrod, asisten Menteri Departemen Perdagangan AS untuk penegakan ekspor, melansir Reuters 3 September.

Investigasi Departemen Kehakiman menunjukkan pada akhir tahun 2022 dan awal tahun 2023, "orang-orang yang berafiliasi dengan Maduro diduga menggunakan perusahaan cangkang yang berbasis di Karibia untuk menyembunyikan keterlibatan mereka dalam pembelian ilegal pesawat Dassault Falcon 900EX."

Pesawat itu kemudian diekspor secara ilegal dari Amerika Serikat ke Venezuela melalui Karibia tahun lalu dan sejak itu telah terbang ke dan dari pangkalan militer Venezuela dan telah digunakan "untuk kepentingan Maduro dan perwakilannya, termasuk untuk mengangkut Maduro dalam kunjungan ke negara lain," kata Departemen Kehakiman.

Pejabat AS mengatakan penyitaan tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh CNN, dilakukan dengan bekerja sama erat dengan Republik Dominika.

"Ini adalah langkah penting untuk memastikan Maduro terus merasakan konsekuensi dari kesalahan tata kelolanya terhadap Venezuela," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

Terpisah, Pemerintah Venezuela, yang mengonfirmasi bahwa Maduro telah menggunakan pesawat tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan sore bahwa penyitaan tersebut "tidak lain adalah pembajakan", ilegal dan "praktik kriminal yang berulang" oleh Amerika Serikat.

Penyitaan pesawat tersebut terjadi di tengah tekanan yang terus berlanjut terhadap Presiden Maduro di dalam dan luar negeri, terkait pemilihan umum 28 Juli yang diklaim dimenangkannya. Sementara, pihak oposisi mengatakan salinan penghitungan suara menunjukkan kandidatnya sebagai pemenang.

Banyak negara Barat mempertanyakan kewajaran pemilu tersebut, dengan AS memberi ucapan selamat kepada kandidat oposisi Edmundo Gonzalez karena memenangkan suara terbanyak.

Sementara itu, Presiden Maduro dan sekutu partai berkuasanya mengatakan negara lain tidak boleh ikut campur dalam Pemilu Venezuela, dengan mengutip skandal Pemilu baru-baru ini di Amerika Serikat dan Brasil sebagai bukti dari apa yang mereka katakan sebagai kemunafikan Barat.