Bagikan:

PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menyoroti banyaknya guru di daerah tersebut yang terlilit atau terjebak pinjaman karena perilaku konsumtif yang berlebihan.

"Ternyata banyak guru yang terjebak pinjaman sampai-sampai gajinya nol," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar Suryanto di Padang, Antara, Selasa, 27 Agustus. 

Hal tersebut disampaikannya dalam rangka peringatan puncak Hari Indonesia Menabung Sumatera Barat dengan mengusung tema "Menabung Untuk Indonesiaku" di Padang.

Akan tetapi Suryanto tidak merinci dengan lengkap berapa jumlah pendidik yang terlilit utang atau pinjaman. 

Padahal, saat ini setiap guru terutama yang berstatus aparatur sipil negara (ASN) sudah menerima tunjangan profesi guru yakni satu bulan gaji.

"Jadi, pola hidup konsumtif menjadi beban yang berat bagi guru," kata Suryanto.

Pihaknya mengkhawatirkan apabila para guru tersebut masih mengedepankan sikap konsumtif maka peningkatan kesejahteraan akan sulit tercapai. Padahal, pemerintah telah memberikan perhatian melalui tunjangan profesi guru.

Pada kesempatan itu, ia menyampaikan program Kejar tersebut sangat bagus karena mengedukasi anak didik sejak dini untuk menabung. Program itu sekaligus melatih seseorang untuk mengelola keuangan dengan baik.

"Menabung itu tidak hanya soal mengelola uang tapi juga mengajarkan kita tentang kedisiplinan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala OJK Sumbar Roni Nazra mengatakan peringatan Hari Indonesia Menabung Sumatera Barat merupakan upaya dalam menjaga momentum kesadaran terhadap masyarakat di Ranah Minang terkait pentingnya menabung sejak dini.

Berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2024 yang dilakukan OJK bersama Badan Pusat Statistik, indeks inklusi keuangan Indonesia 75,02 persen. Sementara indeks literasinya 65,43 persen.

"Artinya, dari 100 orang masyarakat Indonesia 75 orang di antaranya sudah menggunakan produk keuangan seperti deposito, tabungan, saham asuransi, dana pensiun dan sejenisnya," ujar dia.

Akan tetapi, masih dalam survei yang sama, dari 100 warga Indonesia baru 65 orang yang mengetahui produk jasa keuangan seperti deposito, tabungan, saham asuransi, dana pensiun dan sejenisnya.