Bagikan:

JAKARTA - Pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengkritik pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Hari Senin, mengenai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menerima proposal yang telah diperbarui.

Hamdan mengatakan proposal tersebut "menimbulkan banyak ambiguitas" karena "tidak sesuai dengan apa yang disampaikan kepada kami dan juga tidak sesuai dengan apa yang telah kami sepakati," seperti melansir Reuters 20 Agustus.

Hamdan mengatakan kepada Reuters, Hamas telah telah mengkonfirmasi kepada para mediator, "kita tidak membutuhkan negosiasi gencatan senjata Gaza yang baru, kita hanya perlu menyepakati sebuah mekanisme implementasi."

Diberitakan sebelumnya, Menlu Blinken mengatakan PM Netanyahu telah menerima "proposal penghubung" yang diajukan oleh Washington untuk mengatasi ketidaksepakatan yang menghalangi kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

"Dalam pertemuan yang sangat konstruktif dengan Perdana Menteri Netanyahu hari ini, dia mengonfirmasi kepada saya bahwa Israel menerima proposal penghubung, bahwa dia mendukungnya," kata Menlu Blinken kepada wartawan di Tel Aviv

"Sekarang Hamas harus melakukan hal yang sama, dan kemudian para pihak, dengan bantuan mediator - Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar - harus bersatu dan menyelesaikan proses untuk mencapai kesepahaman yang jelas tentang bagaimana mereka akan melaksanakan komitmen yang telah mereka buat berdasarkan perjanjian ini," lanjutnya.

Meskipun AS menyatakan optimisme dan Kantor PM Netanyahu menggambarkan pertemuan itu sebagai hal yang positif, baik Israel maupun Hamas telah mengisyaratkan bahwa kesepakatan apa pun akan sulit dicapai.

Para pejabat Hamas menuduh Washington berpihak kepada Israel.

"Ketika Blinken mengatakan bahwa Israel setuju dan kemudian Israel mengatakan bahwa ada proposal yang diperbarui, ini berarti Amerika tunduk pada tekanan Israel dan bukan sebaliknya. Kami percaya bahwa ini adalah sebuah manuver yang memberikan lebih banyak waktu bagi Israel," kata Hamdan.

Sebelumnya, pembicaraan di Doha, Qatar yang mencari gencatan senjata dan kesepakatan pengembalian sandera minggu lalu terhenti tanpa terobosan, tetapi diperkirakan akan dilanjutkan minggu ini berdasarkan proposal AS untuk menjembatani kesenjangan antara Israel dan Hamas.

Pembicaraan yang berlangsung selama berbulan-bulan telah membahas isu yang sama, dengan Israel mengatakan perang hanya dapat berakhir dengan penghancuran Hamas sebagai kekuatan militer dan politik. Hamas sendiri mengatakan hanya akan menerima gencatan senjata permanen, bukan sementara.

Ada ketidaksepakatan mengenai keberadaan militer Israel yang berkelanjutan di Gaza, khususnya di sepanjang perbatasan dengan Mesir, pergerakan bebas warga Palestina di dalam wilayah tersebut, dan identitas serta jumlah tahanan yang akan dibebaskan dalam pertukaran tahanan.

Diketahui, konflik terbaru di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika kelompok militan bersenjata Palestina yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik sekitar 250 sandera menurut penghitungan Israel.

Terpisah, sumber-sumber medis di Gaza mengumumkan pada Hari Senin, sedikitnya 40 orang Palestina tewas dan 134 lainnya luka-luka akibat serangan Israel dalam 24 jam terakhir, melansir kantor berita Palestina WAFA.

Sementara, otoritas kesehatan setempat mengonfirmasi, jumlah korban jiwa warga Palestina akibat serangan Israel sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 40.139 orang, sementara 92.743 orang lainnya mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.