Sandiaga Uno Sarankan <i>Tenant-tenant</i> di Mal Hanya Melayani <i>Take Away</i>
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Persebaran virus corona atau COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Akibatnya, perusahaan mulai menerapkan work from home (WFH) maupun sistem shifting bagi karyawannya. Pusat perbelanjaan atau mal pun sudah mulai sepi pengunjung, namun masih ada penyewa yang harus tetap membuka tokonya.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyarankan, penyewa-penyewa toko di pusat pembelanjaan yang tetap harus membuka toko demi menghidari pemutusan hubungan kerja (PHK) di tengah wabah COVID-19, dapat melayani pembeli dengan sistem dibawa pulang. Artinya, melarang makan di tempat.

"Ini keputusan yang sulit tapi harus diambil bahwa sudah banyak mal yang mulai tutup. Saya mendorong agar tenant tersebut hanya melayani takeaway," tuturnya, dalam video conference bersama wartawan, di Jakarta, Kamis, 26 Maret.

Menurut Sandi, saat ini sangat dibutuhkan partisipasi masyakarat untuk membantu toko-toko makanan di pusat perbelanjaan dengan memanfaatkan aplikasi tranportasi online untuk memesan makanan.

"Dua dampak yang bisa dirasakan. Pertama, order untuk para pengemudi transportasi online. Kedua, omzet daripada tenant tidak terlalu drastis turunnya. Karena sekarang harus didorong pemesanan sedapat mungkin melalui pesanan online," jelasnya.

Apalagi, kata Sandi, saat ini beberapa UMKM harus terpaksa tutup dan sebagaian melakukan PHK tehadap karyawannya karena khawatir tidak dapat menutup kewajibannya.

"Ini lah langkah serius secara strategis segara dilakukan oleh pemerintah," ucapnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah mengungkapkan telah terjadi penurunan bisnis pusat perbelanjaan sebagai dampak COVID-19. Namun, ia belum bisa mengungkap jumlah kerugian berdasarkan rupiah.

"Kalau dari rupiah saya tidak bisa info, saya tidak ada datanya. Tapi traffic teman-teman penjual baju, tas, sepatu turun 50 persen. Februari itu paling berasa. Ini maret udah jalan berapa minggu turunnya segitu. Jadi memang drop untuk DKI Jakarta," katanya, kepada VOI, di Jakarta, Selasa, 17 Maret.

Budihardjo menjelaskan, untuk tetap bisa bertahan di tengah penurunan omzet hingga 50 persen, para pengusaha mal-mal di Jakarta harus memberlakukan perubahan jam operasional.

"Jam buka. Kami mengurangi. Kalau di mall mending buka siangan dan tutup pagian supaya biayanya tidak terlalu besar. Sebelumnya dua shift sekarang jadi satu long shift," tuturnya.