JAKARTA - Israel mengonfirmasi militernya membunuh jurnalis Al-Jazeera Ismail Al-Ghoul dalam serangan udara di Gaza. Israel berdalih wartawan itu seorang agen Hamas yang ikut serta dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel.
Al-Jazeera menepis tuduhan tak berdasar Israel yang dianggap sebagai upaya untuk membenarkan pembunuhan yang disengaja terhadap para jurnalisnya.
“Jaringan tersebut mengutuk tuduhan terhadap korespondennya Ismail Al-Ghoul, tanpa memberikan bukti, dokumentasi atau video apa pun,” katanya dilansir Reuters, Jumat, 2 Agustus.
Penyiar Qatar mengatakan pada Rabu, Al-Ghoul dan juru kamera Ramy El Rify tewas dalam serangan Israel di Kota Gaza saat bertugas untuk membuat dokumenter di dekat rumah Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas yang terbunuh di Iran pada hari yang sama.
Militer Israel mengatakan Al-Ghoul adalah anggota unit elit Nukhba yang mengambil bagian dalam serangan 7 Oktober dan menginstruksikan operasi Hamas tentang cara merekam operasi.
Israel menyebut Al-Ghoul terlibat dalam merekam dan mempublikasikan serangan terhadap pasukan Israel.
“Aktivitasnya di lapangan merupakan bagian penting dari aktivitas militer Hamas,” kata militer Israel.
Al-Jazeera mengatakan Al-Ghoul telah bekerja untuk jaringan tersebut sejak November 2023 dan profesi satu-satunya adalah sebagai jurnalis.
BACA JUGA:
Al-Ghoul sempat ditangkap dan ditahan di Rumah Sakit Al-Shifa di bagian utara Jalur Gaza pada Maret sebelum dibebaskan.
Pemerintah Israel sebelumnya melarang Al-Jazeera beroperasi di Israel, menuduhnya menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.
Al Jazeera, yang sangat kritis terhadap kampanye Israel di Gaza, membantah menghasut kekerasan.
Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan kematian dua kru Al-Jazeera menambah daftar korban jurnalis Palestina yang terbunuh akibat tembakan Israel menjadi 165 orang sejak 7 Oktober 2023.