Bagikan:

JAKARTA - Kerabat Ravi Moun, seorang pria India yang terbunuh di Rusia  setelah dipaksa berperang melawan Ukraina mengajukan petisi kepada pemerintah untuk membawa jenazahnya kembali ke desanya di negara bagian Haryana.

Keluarga Ravi Moun telah menghubungi Kementerian Luar Negeri India selama beberapa bulan terakhir. Mereka menyebut korban ditipu untuk melakukan perjalanan ke Rusia dengan janji pekerjaan atau pendidikan namun kemudian direkrut secara paksa menjadi tentara, kata para pejabat di kementerian tersebut.

Dilaporkan ada empat orang lainnya tewas diduga terkait rekrutan ilegal untuk berperang.

Ravi Moun (21) melakukan perjalanan ke Rusia pada bulan Januari setelah dihubungi oleh seorang agen yang menjanjikan dia pekerjaan di sektor transportasi, kata kerabatnya.

Namun, sesampainya di sana, Ravi Moun terpaksa berperang.

Keluarga Moun terakhir kali berbicara dengannya pada 12 Maret dan sejak itu berusaha menghubungi pemerintah untuk meminta bantuan dalam melacaknya, kata mereka.

"Jika dia (Moun) tahu dia harus bertarung, dia tidak akan pergi. Mengapa dia pergi ke tempat kematian menunggu?" kata Sonu Mator, sepupunya dilansir Reuters, Senin, 29 Juli.

“Kami tidak mempunyai uang untuk membawa jasadnya sendiri,” kata Mator.

Surat dari Kedutaan Besar India di Moskow pekan lalu memberi tahu kerabat Moun tentang kematiannya tanpa menjelaskan lebih lanjut penyebab kematiannya, menurut surat kabar The Indian Express.

“Pihak Rusia telah mengkonfirmasi kematian tersebut,” tulis Gloria Dung Dung, sekretaris kedua di kedutaan.

Pejabat dari Kementerian Luar Negeri India tidak menanggapi permintaan tanggapan dari Reuters.

Kematian Moun terjadi beberapa hari setelah Rusia berjanji kepada New Delhi, warga India yang ditipu untuk bergabung dengan tentaranya akan diberhentikan.

Kedutaan Besar Rusia di India juga mengatakan Rusia berkomitmen untuk menemukan “solusi sedini mungkin”.

India telah menangkap empat orang yang terkait dengan penipuan tersebut.

Negara Asia Selatan ini menolak mengutuk perang Rusia dengan Ukraina dan malah menyerukan perdamaian melalui dialog dan diplomasi.

Sri Lanka dan Nepal juga mengatakan beberapa warganya telah direkrut secara ilegal.