Bagikan:

JAKARTA - Kanselir Jerman Olaf Scholz memuji Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris sebagai politikus yang "kompeten dan berpengalaman" yang bisa memenangkan Pilpres AS.

Scholz sangat lugas mendukung Joe Biden dari AS sebelum Biden membatalkan pencalonannya kembali pada akhir pekan lalu dan mendukung Harris sebagai kandidat dari Partai Demokrat untuk menghadapi Trump dalam pemilu November.

Banyak politikus Jerman khawatir Trump akan mengenakan tarif impor yang lebih tinggi jika ia kembali menjabat.

Mereka mempertanyakan dukungan AS terhadap aliansi militer NATO.

Jerman sering menjadi fokus kemarahan Trump pada masa jabatan pertamanya karena surplus perdagangan dengan Amerika Serikat dan rendahnya belanja pertahanan. Namun Berlin dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan belanja pertahanannya.

“Kampanye pemilu di Amerika tentu akan menarik, sekarang dengan susunan pemain yang sedikit baru dan konstelasi yang baru,” kata Scholz pada konferensi pers tahunan musim panas pada Rabu, 24 Juli, dilansir Reuters.

"Saya pikir sangat mungkin Kamala Harris akan memenangkan pemilu, tapi pemilih Amerika yang akan memutuskan,” tutur Scholz.

Scholz mengaku sudah beberapa kali bertemu Harris.

“Ini adalah politisi yang kompeten dan berpengalaman yang tahu persis apa yang dia lakukan,” katanya.

"Dia tahu apa yang dia inginkan dan apa yang bisa dia lakukan,” imbuhnya.

Secara terpisah Scholz membela kebijakan ekonomi pemerintahnya dan meyakinkan dia akan mencalonkan diri kembali dalam pemilu federal tahun depan meskipun peringkat jajak pendapatnya buruk.

Ketika ditanya apakah Scholz bakal seperti Biden, mungkin mempertimbangkan untuk membatalkan pencalonannya untuk terpilih kembali, dia menjawab dengan candaan.

“Terima kasih atas pertanyaan yang sangat baik dan bersahabat,” ujarnya.

"SPD (Partai Demokrat Sosial, red) adalah partai yang sangat bersatu. Kami semua bertekad untuk bersama-sama menghadapi kampanye pemilihan umum berikutnya dan menang dan saya akan mencalonkan diri sebagai rektor untuk menjadi kanselir lagi,” tegasnya.

Scholz (66) mengalami penurunan popularitas pribadinya, bersama dengan koalisinya, sejak menjabat pada akhir tahun 2021. Jajak pendapat sering kali menempatkannya di belakang pemimpin oposisi konservatif.

Kanselir telah berjuang melawan serangkaian krisis besar, khususnya invasi Rusia ke Ukraina dan mengakibatkan masuknya lebih dari satu juta pengungsi serta berakhirnya impor gas murah Rusia yang menjadi andalan perekonomian Jerman.