<i>Update</i> COVID-19 per 24 Maret: Mereka yang Berhak Diprioritaskan <i>Rapid Test</i>
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona atau COVID-19 Achmad Yurianto (Foto: Twitter @ag3126)

Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona atau COVID-19 Achmad Yurianto memaparkan, terjadi pertambahan 107 pasien positif virus corona atau COVID-19, per Selasa, 24 Maret pukul 12.00 WIB. Total, pasien positif COVID menjadi 686 orang. Mereka semua terdistribusi di berbagai provinsi di Indonesia. 

Yuri melanjutkan, terjadi penambahan 7 kasus pasien yang meninggal dunia dan total mencapai 55 orang yang meninggal. Sementara, per hari ini, tak ada penambahan kasus pasien yang dinyatakan sembuh yang artinya masih berada di angka 30. 

"Tetapi, ada beberapa yang sudah sekali diperiksa spesimennya negatif, kita akan tunggu besok. Kalau pemeriksaan kedua negatif, berarti sembuh," ucap Yuri di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa, 24 Maret. 

DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak se-Indonesia. Per hari ini, tercatat sudah ada 427 kasus positif yang tersebar di seluruh kota administratif.  Kemudian, ada 26 pasien kasus positif yang dirawat di rumah sakit, 23 orang dinyatakan telah sembuh, 32 orang meninggal dunia, serta 106 orang melakukan isolasi mandiri. 

Laporan harian BNPB (Foto: dokumentasi BNPB)

Yuri menambahkan, Wisma Atlet Kemayoran yang disulap jadi rumah sakit darurat pasien COVID-19 telah menerima 102 kunjungan dari pasien COVID-19. Sebanyak 71 orang langsung dirawat, dan 31 orang tak perlu dirawat. 

Kata Yuri, rumah sakit tambahan ini merupakan bagian dari isolasi rumah sakit. Yang ditempatkan adalah orang-orang yang hanya membutuhkan isolasi, bukan perawatan intensif. Dari hasil pemeriksaan, sebagian besar pasien positif miliki gejala ringan. 

"Sebenarnya, hampir 80 persen dari kasus positif yang yang ada secara statistik berada dalam keluhan dalam posisi gejala yang ringan, atau ringan sampai sedang," ungkap Yuri sambil menambahkan pasien dengan gejala ringan bisa melakukan isolasi diri di rumah masing-masing.

"Ini yang akan kita dorong sehingga tidak seluruh kasus positif menjadi beban pelayanan perawatan rumah sakit," kata dia.

Hari ini, Yuri menyampaikan pemerintah pusat, telah mendistribusikan 125 ribu seperangkat rapid test (tes cepat) pemeriksaan COVID-19 ke seluruh provinsi di Indonesia. Tapi, tes belum dilakukan secara merata. Lantaran jumlah alat pemeriksaan antibodi yang terbatas ini, pemerintah memprioritaskan dua kelompok yang akan dilakukan pemeriksaan rapid test terlebih dahulu. 

Pertama, tes akan dilaksanakan kepada orang-orang yang memiliki kontak dekat lewat penelusuran riwayat (contact tracing) dengan pasien yang telah dinyatakan positif, baik yang dirawat di rumah sakit maupun isolasi diri di rumah. 

"Bagian dari penelusuran terhadap kontak keluarga yang tinggal serumah harus kita periksa semuanya. Kalau di dalam perjalanan kontaknya selama sebelum sakit ternyata ada riwayat dia sempat bekerja di tempat pekerjaannya dan ada lingkungan kerja yang juga memiliki kemungkinan kontak dekat, maka kita juga akan melaksanakan di tempat ia bekerja," jelas Yuri. 

Kelompok nomor dua yang diprioritaskan mendapat pemeriksaan rapid test adalah tenaga kesehatan yang melayani pasien COVID-19. Pemeriksaan dilakukan menyeluruh, mulai dari dokter, perawat, petugas kebersihan rumah sakit, hingga layanan front office. 

"Kita tahu bahwa mereka adalah kelompok yang sensitif untuk kentan terinfeksi COVID-19. Ini prioritas yang kita laksanakan untuk pemeriksaan rapid test pada tahapan pertama," ungkapnya. 

Namun, pemeriksaan rapid test tak berhenti sampai di situ. Kata Yuri, setelah pemerintah kembali mendatangkan alat uji spesimen darah tersebut, pemeriksaan akan dilakukan berbasis wilayah. 

"Pada pengiriman berikutnya, dengan jumlah yang lebih besar, nanti akan berbasis pada daerah di mana kasus ini ditemukan dan kemudian kita anggap sebagai wilayah yang berpotensi untuk munculnya penularan," ucapnya.