Bagikan:

JAKARTA - Petahana Ursula von der Leyen memenangkan masa jabatan kedua sebagai Presiden Komisi Eropa pada Hari Kamis setelah berjanji untuk menciptakan "persatuan pertahanan" kontinental dan untuk tetap pada jalur transisi hijau Eropa sambil meringankan bebannya pada industri.

Anggota Parlemen Eropa mendukung von der Leyen untuk masa jabatan lima tahun kedua di pucuk pimpinan badan eksekutif Uni Eropa yang kuat dengan 401 suara mendukungnya dan 284 suara menentang dalam pemungutan suara rahasia di majelis yang beranggotakan 720 orang.

Dalam pidatonya di Parlemen sebelumnya, von der Leyen (65) memaparkan program yang berfokus pada kemakmuran dan keamanan, yang dibentuk oleh tantangan perang Rusia di Ukraina, persaingan ekonomi global, dan perubahan iklim.

"Lima tahun ke depan akan menentukan posisi Eropa di dunia selama lima dekade mendatang. Ini akan menentukan apakah kita membentuk masa depan kita sendiri atau membiarkannya dibentuk oleh berbagai peristiwa atau orang lain," kata von der Leyen menjelang pemungutan suara, melansir Reuters 18 Juli.

Ia menekankan perlunya untuk tidak menarik kembali transformasi "Kesepakatan Hijau" ekonomi UE untuk melawan perubahan iklim - sebuah janji utama bagi anggota parlemen Partai Hijau, yang bergabung dengan koalisi inti kelompok-kelompok kanan-tengah, kiri-tengah dan liberal dalam mendukungnya.

Setelah berjanji untuk mendukung Ukraina selama diperlukan dalam perjuangannya melawan Rusia, von der Leyen mengatakan kebebasan Eropa dipertaruhkan dan harus berinvestasi lebih banyak dalam pertahanan.

Keputusan Partai Hijau untuk bergabung dengan aliansi informal partai-partai yang mendukung von der Leyen memastikan margin kemenangannya cukup meyakinkan. Ia membutuhkan 361 suara untuk mengamankan mayoritas di majelis.

Koalisi intinya memiliki 401 kursi, tetapi beberapa anggotanya diperkirakan akan memberikan suara menentangnya dalam pemungutan suara rahasia.

Ketika ditanya setelah pemungutan suara tentang kemungkinan menghadapi Pemerintahan AS yang proteksionis dan isolasionis di bawah Donald Trump jika ia terpilih November mendatang, von der Leyen mengatakan UE sedang berupaya "mengurangi ketergantungan kita" terlepas dari pemilihan umum di tempat lain.

"Kami akan bekerja sama erat dengan teman-teman dan sekutu kami, itu sangat jelas," katanya kepada wartawan.

"Tetapi itu juga termasuk bahwa kami sedang membangun kekuatan kami sendiri," tandasnya.

Sebelumnya, von der Leyen berjanji untuk menciptakan "Persatuan Pertahanan Eropa yang sesungguhnya", dengan proyek-proyek andalan di bidang pertahanan udara dan siber.

Rencana tersebut memicu kritik dari Kremlin, yang mengatakan rencana tersebut mencerminkan sikap "militerisasi (dan) konfrontasi".

Diketahui, kebijakan pertahanan di Eropa secara tradisional merupakan domain pemerintah nasional dan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara).

Von der Leyen juga menjanjikan kontrol perbatasan Uni Eropa yang lebih ketat dan kerja sama polisi yang lebih kuat dalam melawan kejahatan.

Namun, itu tidak cukup untuk mengamankan dukungan dari partai sayap kanan Brothers of Italy milik Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, yang mengatakan telah memberikan suara menentangnya.