JAKARTA - Pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Timur Tengah sempat terhenti ketika dua pengunjuk rasa berdiri dengan tanda dan berteriak menuntut pembebasan sandera Israel yang ditahan oleh militan Palestina Hamas di Jalur Gaza.
Demonstrasi yang dilakukan oleh dua wanita ini terjadi ketika Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mulai berpidato di depan badan yang beranggotakan 15 orang tersebut setelah pernyataan Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan. Protes di markas besar PBB di New York jarang terjadi.
Lavrov, yang memimpin pertemuan tersebut karena Rusia adalah presiden dewan untuk bulan Juli, menjawab: "Saya tidak mengerti, bicaralah lebih jelas. Salah satu dari Anda dapat berbicara dengan jelas untuk mengatakan apa yang ingin Anda katakan. Saya melihat Anda tidak ingin untuk melakukannya, dengan sangat baik,” tutur dia dilansir Reuters, Rabu, 17 Juli.
Para diplomat di Dewan Keamanan mengatakan para wanita tersebut, yang mengenakan pakaian hitam, berteriak "bebaskan para sandera."
Keamanan PBB meminta para perempuan tersebut meninggalkan ruangan dan mereka pun melakukannya, kata seorang pejabat PBB.
BACA JUGA:
Misi Israel di PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai protes tersebut.
Perang di Gaza – daerah kantong Palestina berpenduduk 2,3 juta orang – dimulai ketika Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250, termasuk warga sipil dan tentara, kembali ke Gaza, menurut penghitungan Israel.
Israel kemudian melancarkan serangan darat dan udara yang telah menewaskan hampir 39.000 warga Palestina, kata otoritas kesehatan Gaza.