Bagikan:

JAKARTA - Kepala intelijen Amerika Serikat (CIA) William Burns menyebut agensinya menilai tekanan terhadap pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, semakin besar dari komandan militernya untuk menerima kesepakatan gencatan senjata dan mengakhiri perang.

Itu dikatakan oleh Burns dalam konferensi tertutup pada Hari Sabtu lalu, kata sumber yang menghadiri pertemuan tersebut.

Sinwar tidak "khawatir dengan kematiannya" tetapi menghadapi tekanan karena disalahkan atas besarnya penderitaan di Gaza, kata Burns pada konferensi tersebut, menurut sumber itu seperti melansir CNN 16 Juli.

Pejabat intelijen AS percaya Sinwar bersembunyi di terowongan di bawah tempat kelahirannya, Khan Younis di Gaza. Ia merupakan pembuat keputusan utama bagi Hamas mengenai apakah akan menerima kesepakatan tersebut.

Burns, yang selama berbulan-bulan telah melakukan negosiasi yang panas sebagai orang penting pemerintahan Biden, mengatakan Pemerintah Israel dan Hamas berkewajiban untuk memanfaatkan momen ini, lebih dari sembilan bulan sejak perang dimulai, untuk mencapai gencatan senjata.

Namun, tekanan internal yang kini dihadapi Sinwar baru terjadi dalam dua minggu terakhir, termasuk panggilan telepon dari komandan seniornya sendiri yang sudah lelah dengan pertempuran ini, kata Burns, menurut sumber tersebut.

CIA menolak berkomentar mengenai hal ini.

Meningkatnya tekanan terhadap Sinwar terjadi saat Hamas dan Israel telah menyetujui kesepakatan kerangka kerja yang ditetapkan oleh Presiden Joe Biden pada akhir Mei.

Itulah yang dikatakan pejabat Washington sebagai dasar kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran.

Burns sendiri baru balik dari perjalanan ke Timur Tengah pekan lalu, mencoba melanjutkan negosiasi mengenai gencatan senjata Gaza dan kesepakatan penyanderaan, bertemu dengan rekan mediator dari Qatar dan Mesir, serta kepala intelijen luar negeri Israel.

Dari tiga pemimpin Hamas paling senior di Gaza, Israel diyakini telah menemukan dan membunuh Marwan Issa, orang kedua yang memimpin sayap militer kelompok militan tersebut.

Kepala militernya, Mohammed Deif, menjadi sasaran Israel dalam sebuah pemboman pada Hari Sabtu yang menewaskan hampir 100 warga Palestina dan melukai ratusan lainnya, menurut pejabat kesehatan Palestina.

Baik Israel maupun AS belum memastikan apakah Deif berhasil menjadi sasaran.

Pejabat AS yakin bahwa Sinwar tidak lagi ingin memerintah Gaza, dengan baik Israel maupun Hamas telah menandatangani rencana "pemerintahan sementara" yang akan dimulai pada fase kedua gencatan senjata, di mana tidak satu pun dari mereka akan mengendalikan Gaza, kata seorang pejabat AS kepada CNN.