Bagikan:

JAKARTA - Badan pengadaan pertahanan Korea Selatan mengatakan pada Hari Kamis, negara itu akan mulai memproduksi senjata laser yang dirancang untuk menyerang pesawat nirawak musuh, yang rencananya akan dikerahkan tahun ini, menjadi negara pertama yang mengoperasikan senjata semacam itu.

Bulan lalu, Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) menandatangani kesepakatan senilai sekitar 100 miliar won ($72,5 juta) dengan perusahaan pertahanan Korea Selatan Hanwha Aerospace untuk produksinya di tengah upaya untuk memperoleh sistem senjata canggih.

DAPA menjelaskan, senjata laser tersebut mampu bertahan terhadap kendaraan udara tak berawak (UAV) kecil dan multikopter dari jarak dekat dengan menembakkan laser yang dihasilkan menggunakan serat optik.

Sistem senjata, yang disebut Block-I tersebut dapat beroperasi selama listrik disuplai, dan satu kali penembakan diperkirakan hanya menelan biaya sekitar 2.000 won, kata DAPA, seraya mencatat laser tersebut tidak terlihat oleh mata dan tidak menghasilkan suara apa pun.

Juru bicara DAPA Jo Yong-jin menjelaskan dalam pengarahan, senjata tersebut dapat menembakkan sinar laser selama sekitar 10 hingga 20 detik, meningkatkan suhu area yang ditargetkan hingga lebih dari 700 derajat Celcius dan menonaktifkan komponen internal, seperti mesin atau baterai.

"Biaya per tembakan sangat murah dibandingkan dengan senjata berpemandu lainnya," kata Jo, melansir The Korea Times 12 Juli.

"Respons terhadap aset dan senjata serang berbiaya rendah, seperti pesawat nirawak kecil, akan dapat dilakukan dengan sangat efektif dan efisien," tambahnya.

Kendati demikian, Ia menolak memberikan perincian lebih lanjut tentang kemampuan senjata tersebut, dengan alasan keamanan operasional.

Jika sistem tersebut dikerahkan sesuai rencana akhir tahun ini, Korea Selatan akan menjadi negara pertama di dunia yang diketahui memiliki militer yang mengoperasikan senjata laser tersebut, menurut DAPA.

Dikatakan, sistem tersebut dapat menjadi "pengubah permainan" dalam peperangan di masa depan jika produksinya ditingkatkan untuk menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh rudal balistik dan pesawat berukuran lebih besar.

Diketahui, produksi tersebut dilakukan setelah Negeri Ginseng mulai mengembangkan senjata laser tersebut pada tahun 2019, dengan total investasi sebesar 87,1 miliar won.

Sistem ini dinilai layak untuk pertempuran pada Bulan April tahun lalu setelah menjalani uji tembak langsung yang berhasil. DAPA mengatakan pihaknya berencana untuk mengembangkan versi yang lebih baik dengan keluaran dan jangkauan yang lebih baik.

Militer Korea Utara diketahui telah berupaya untuk meningkatkan kemampuan responsnya terhadap UAV kecil, setelah lima pesawat tanpa awak Korea Utara menerobos perbatasan antar-Korea pada bulan Desember 2022.