Ahli: Perlindungan Rendah, Lansia Rentan Infeksi Ulang COVID-19 dan Meninggal
Ilustrasi COVID-19. (Prasesh Shiwakoti/Unsplash)

Bagikan:

Jakarta - Mayoritas orang yang pernah terinfeksi COVID-19, terlindungi setidaknya selama enam bulan dari infeksi kembali. Namun, penelitian terbaru mengungkap fakta yang berbeda.

Dalam hasil studi yang dimuat jurnal medis Lancet disebutkan, orang tua lanjut usia (Lansia) lebih rentan terhadap infeksi ulang COVID-19, dibanding orang yang lebih muda, setelah sebelumnya sama-sama terinfeksi. 

Dari studi yang dilakukan, ditemukan hanya 0,65 persen pasien dinyatakan untuk kedua kalinya positif COVID-19, setelah sebelumnya terinfeksi selama gelombang pertama dan kedua di Denmark. 

Angka tersebut jauh lebih rendah, daripada 3,27 persen yang positif terkena virus setelah menjalani tes COVID-19 dengan menggunakan tes PCR yang sangat akurat, setelah sebelumnya negatif.  

Namun, penelitian tersebut juga mengungkapkan, mereka yang berusia di atas 65 tahun hanya memiliki perlindungan 47 persen terhadap infeksi ulang. Lebih rendah dibanding perlindungan 80 persen untuk yang lebih muda.

"Studi kami mengkonfirmasi apa yang tampaknya disarankan oleh sejumlah orang lain, infeksi ulang dengan COVID-19 jarang terjadi pada orang yang lebih muda dan sehat. Tetapi, orang tua berisiko lebih besar untuk tertular lagi," kata Steen Ethelberg dari Statens Serum Institut Denmark, melansir Reuters.

“Karena orang tua juga lebih mungkin mengalami gejala penyakit parah, dan sayangnya, meninggal. Temuan kami menjelaskan betapa pentingnya menerapkan kebijakan untuk melindungi orang tua selama pandemi," sebutnya.

Para penulis penelitian tidak menemukan bukti, perlindungan terhadap infeksi ulang menurun selama enam bulan masa tindak lanjut. Tetapi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai perlindungan terhadap infeksi ulang dari varian virus corona.

Data yang dianalisis dikumpulkan melalui strategi pengujian nasional Denmark, di mana 69 persen populasi atau 4 juta orang, diuji selama tahun 2020.

Mengomentari hasil tersebut, Profesor Imperial College London Rosemary Boyton dan Danny Altmann mengatakan, hasil menunjukkan perlindungan yang lebih rendah dan lebih memprihatinkan" daripada penelitian sebelumnya.

“Semua data ini adalah konfirmasi, jika diperlukan, untuk SARS-CoV-2. Harapan perlindungan kekebalan melalui infeksi alami mungkin tidak dapat kami jangkau. Program vaksinasi global dengan vaksin yang berkhasiat tinggi adalah solusi yang bertahan lama,” kata mereka. dalam potongan komentar terkait yang juga diterbitkan di Lancet.