Kasus Infeksi COVID-19 Meningkat Pesat, Prancis Isolasi 16 Wilayah Selama Sebulan Mulai Hari Ini
Ilustrasi Paris. (Wikimedia Commons/Edisonblus)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Prancis memutuskan untuk menutup 16 wilayah di Negeri Mode tersebut, seiring dengan kekhawatiran gelombang ke-3 COVID-19 lantaran meningkatnya kasus infeksi COVID-19 dengan cepat.

Daerah yang akan diisolasi meliputi seluruh wilayah ile-de-France yang meliputi Paris dan wilayah utara Prancis. Serta wilayah Alpes-Maritimes, tempat Nice berada. Perjalanan dari daerah yang diisolasi akan dilarang.

Di area yang diisolasi, sekolah akan tetap terbuka, tetapi sekolah menengah akan dibatasi hingga setengah kapasitas sebagai bagian dari langkah antisipasi. Toko-toko yang tidak penting harus tutup, sementara toko buku akan diizinkan untuk tetap buka di daerah yang dikunci.

Selama isolasi, orang akan dapat berjalan-jalan dan berolahraga tanpa batas waktu, tetapi harus memiliki formulir pembenaran dan tetap berada dalam jarak 10 kilometer dari rumah mereka. Secara nasional, Prancis akan memindahkan jam malam dari jam 6 sore ke 7 malam mulai Hari Sabtu ini. 

Mengutip studi dari Institut Pasteur, Perdana Menteri Jean Castex mengatakan setengah dari kontaminasi di tempat kerja disebabkan oleh orang-orang yang pergi bekerja meski bergejala. Dia memohon agar orang bekerja dari rumah setidaknya empat dari lima hari.

"Situasi di Prancis semakin buruk karena varian Inggris kini mencapai 75 persen dari keseluruhan kasus COVID-19 di Prancis. Percepatan virus tampak seperti gelombang ke-3, ketika negara itu mendekati hampir 100.000 kematian karena COVID-19," jelas Castex melansir Euronews.

Sejauh ini, 5,5 juta orang di negara tersebut telah menerima suntikan pertama, mewakili sekitar 8,3% dari total populasi. Pada musim panas, Prancis berharap dapat memvaksinasi 30 juta orang.

Mulai Jumat, Prancis akan melanjutkan vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca, setelah pengumuman European Medicines Agency (EMA), vaksin tersebut layak untuk digunakan. Melansir BBC, Perdana Menteri Jean Castex akan mendapatkan vaksin segera, untuk membuktikan bahwa itu baik-baik saja.

Sebelumnya, Prancis telah menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca setelah sejumlah kasus pembekuan darah di Eropa berkembang usai vaksin.