Bagikan:

JAKARTA - Kandidat reformis Masoud Pezeshkian memenangkan pemilihan presiden Iran.

Kantor berita Iran Press TV melaporkan pada Sabtu, 6 Juli, Pezeshkian mengalahkan saingan garis kerasnya dalam pemungutan suara penting di saat terjadi ketegangan di dalam dan luar negeri.

Dari 30,5 juta suara yang dihitung pada putaran kedua hari Jumat, 5 Juli, Pezeshkian memenangkan lebih dari 16,3 juta suara, mengalahkan saingan ultrakonservatifnya Saeed Jalili, yang memenangkan lebih dari 13,5 juta suara, menurut Press TV dilansir CNN.

Tingkat partisipasi pemilih mencapai 49,8 persen lapor Press TV, mengutip markas pemilihan di bawah naungan kementerian dalam negeri.

Pezeshkian terpilih pada pemungutan suara putaran kedua setelah memperoleh jumlah suara terbanyak pada putaran pertama, mengungguli Jalili. Putaran pertama menunjukkan tingkat partisipasi pemilih terendah dalam pemilihan presiden sejak Republik Islam didirikan pada tahun 1979.

Dia akan mengambil alih kepemimpinan di negara yang sedang menghadapi isolasi internasional yang semakin meningkat, ketidakpuasan internal, pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan kemungkinan konflik langsung dengan musuh bebuyutannya, Israel.

Pemilu cepat yang membawa Pezeshkian ke tampuk kekuasaan digelar setelah Presiden Ebrahim Raisi tewas dalam kecelakaan helikopter pada Mei di wilayah barat laut Iran yang terpencil, bersama dengan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dan pejabat lainnya.

Anggota parlemen tersebut adalah satu-satunya kandidat reformis yang bersaing untuk mendapatkan kursi terpilih teratas di negara tersebut setelah puluhan kandidat lainnya dilarang mencalonkan diri.

Dia lebih menyukai dialog dengan musuh-musuh Iran, khususnya mengenai program nuklirnya, dan melihatnya sebagai cara untuk mengatasi masalah dalam negeri negara tersebut.

“Masalah utamanya adalah perspektifnya, apakah kita ingin menyelesaikan permasalahan kita dengan dunia atau tidak? Saya yakin kita harus keluar dari kebuntuan untuk menyelesaikan permasalahan negara ini,” katanya pada debat presiden baru-baru ini.

Meskipun presiden mempunyai sejumlah kekuasaan di Iran, otoritas tertinggi ada di tangan Pemimpin Tertinggi, yang mempunyai keputusan akhir dalam segala urusan negara