Vaksinasi Guru Selesai, Mendikbud Nadiem Beri Opsi Belajar di Sekolah atau Tetap di Rumah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim (Foto: Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, mewajibkan seluruh sekolah untuk menyediakan opsi belajar tatap muka terbatas pagi para peserta didik. Apabila vaksinasi terhadap guru dan tenaga didik periode kedua sudah berjalan. 

"Setelah dilakukan vaksinasi untuk semua guru dan tenaga pendidik. Satuan pendidik itu wajib memberikan opsi layanan pembelajaran tatap muka. Artinya dia wajib melayani tatap muka," ujar Nadiem dalam rapat dengan Komisi X DPR RI, Kamis 18 Maret.

Diketahui, pemerintah telah menargetkan pembelajaran tatap muka sudah dibuka di seluruh sekolah pada Juli 2021 atau memasuki tahun ajaran baru.

Akan tetapi, lanjut Nadiem, bagi orang tua yang belum berkenan anaknya mengikut pembelajaran tatap muka, maka diperbolehkan untuk tidak mengikutinya. 

"Bagi orang tua yang tidak menginginkan anaknya tatap muka. Itu adalah keputusan mereka untuk anak masih di rumah," jelasnya.

Nadiem mengatakan, kewajiban pembelajaran tatap muka ini dilakukan dengan sistem campuran. Dimana sekolah juga menyediakan pembelajaran jarak jauh. 

"Bisa juga sekolah mengatur hanya dua hari pembelajaran tatap muka, sisanya tetap jarak jauh," katanya.

Nadiem menambahkan, pemerintah sengaja mewajibkan membuka pembelajaran tatap muka dengan syarat tersebut agar bisa mencicil capaian target pada bulan Juli 2021 untuk seluruh sekolah bisa digelar secara tatap muka.

"Jadi itu dalam realita kalau kita enggak cicil, kita enggak akan sampai, di bulan Juli semuanya akan mulai," ungkap Nadiem.

Nadiem juga memaparkan lima fakta mengapa vaksinasi penting dilakukan sebelum kegiatan belajar tatap muka dilaksanakan.

Pertama, peserta didik dalam kelompok usia 3-30 tahun memiliki faktor risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. 

Kedua peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam kelompok usia 31-59 tahun memiliki faktor risiko yang secara signifikan lebih tinggi terhadap COVID-19.

Ketiga, anak lebih sedikit terinfeksi dibandingkan orang dewasa dan secara umum bergejala ringan. 

Keempat, transmisi pada anak terutama terjadi pada aktivitas sosial di luar ruang kelas, bukan pada saat pembelajaran tatap muka di dalam ruang kelas. 

Kelima, anak lebih tertular dari orang dewasa yang sudah terinfeksi COVID-19 lebih dahulu.

"Dalam upaya akselerasi pembelajaran tatap muka, pendidik dan tenaga kependidikan adalah pihak utama yang membutuhkan perlindungan," tandas Nadiem.