Bagikan:

JAKARTA - Pengadilan militer Rusia pada hari Kamis menempatkan komandan Brigade Serangan Udara Pengawal ke-83 Kolonel Artyom Gorodilov dalam tahanan praperadilan selama dua bulan atas tuduhan penipuan skala besar.

Kantor berita TASS mengutip pernyataan penegak hukum mengatakan, Kolonel Gorodilov menyatakan tidak bersalah atas tuduhan tersebut

Penahanan Gorodilov, yang dipromosikan karena tindakannya dalam apa yang disebut Rusia sebagai operasi militer khusus di Ukraina, adalah yang terbaru dalam serangkaian penangkapan perwira militer Rusia berpangkat tinggi dan pejabat pertahanan senior yang ditangkap atas tuduhan korupsi dalam beberapa bulan terakhir, dikutip dari Reuters 5 Juli.

Mengutip The New York Times, Kolonel Gorodilov ditangkap pada tanggal 3 Juli terkait penipuan senilai sedikitnya satu juta rubel. Pengadilan militer memerintahkan agar ia ditahan dalam tahanan praperadilan hingga 19 Agustus, terancam hukuman hingga 10 tahun penjara jika terbukti bersalah.

Sebelum menduduki jabatannya saat ini, Kolonel Gorodilov memimpin Resimen Serangan Udara Pengawal ke-234, yang bermarkas di Kota Pskov, Rusia sejak tahun 2019, mengutip RFE/RL.

Investigasi oleh The Times pada tahun 2022 menetapkan, anggota Resimen ke-234 berada di balik pembantaian warga sipil di Jalan Yablunska di Bucha, pinggiran Kyiv, saat kota itu diduduki oleh pasukan Moskow pada hari-hari awal perang.

Kolonel Gorodilov memimpin unit tersebut saat itu dan hadir di kota tempat ratusan warga sipil tewas, dalam beberapa kasus sebagai akibat dari eksekusi brutal, menurut temuan The Times. Pasukan Rusia mundur dari daerah itu pada awal tahun 2022.

Pemerintah AS menjatuhkan sanksi kepada Kolonel Gorodilov tahun lalu atas apa yang disebutnya "keterlibatannya dalam pelanggaran berat hak asasi manusia, yaitu pembunuhan di luar hukum."

Dia dipromosikan ke pangkat kolonel beberapa hari setelah gambar-gambar dari Bucha muncul di publik dan mengubah pinggiran kota itu menjadi simbol global teror yang dibawa pasukan Rusia ke kota-kota Ukraina yang diduduki.

Moskow membantah terlibat dalam pembunuhan Bucha, dengan Presiden Vladimir Putin menyebut peristiwa itu sebagai "provokasi."

Namun, The Times mengidentifikasi dua lusin anggota Resimen ke-234 yang berada di Bucha pada saat pembantaian itu, sebagian dengan melacak nomor telepon yang dihubungi pasukan di Rusia menggunakan ponsel korban Ukraina.

Tentara Rusia memasuki Bucha pada 27 Februari 2022. Setelah mundur pada akhir Maret, otoritas setempat dan wartawan melaporkan penemuan lebih dari 400 mayat warga sipil. Sebagian besar korban ditemukan tewas ditembak, beberapa meninggal karena penyiksaan. Fakta pembunuhan, pemerkosaan dan perampokan warga sipil oleh militer Rusia di Bucha telah dikonfirmasi oleh organisasi internasional seperti PBB dan OSCE.

Gelombang penangkapan tersebut bertepatan dengan pengangkatan Menteri Pertahanan baru Andrei Belousov pada Bulan Mei, menggantikan pendahulunya yang telah lama menjabat Sergei Shoigu. Hal ini menyebabkan sejumlah tokoh penting, termasuk wakil menteri pertahanan dan kepala personalia kementerian ditahan, sambil menunggu persidangan.