Bagikan:

JAKRTA - Rusia siap untuk mulai memproduksi rudal jarak pendek dan menengah sebagai respons atas tindakan Amerika Serikat, kata Presiden Vladimir, usai mengikuti pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Astana, Kazakhstan Hari Kamis.

"Saya mengatakan, sehubungan dengan penarikan Amerika Serikat dari perjanjian itu (Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty - INF) dan pengumuman mereka memulai produksi, kami juga mempertimbangkan kami memiliki hak untuk memulai penelitian, pengembangan dan produksi di masa depan. Kami melakukan penelitian dan pengembangan seperti itu, kami siap untuk memulai produksi," katanya, dilansir dari TASS 5 Juli.

"Kami telah memberikan tugas yang relevan kepada industri ini sebagai hal yang prinsip," sambungnya.

Presiden Putin menambahkan, Moskow dapat memberikan respons yang mirip dengan cermin jika rudal jarak pendek dan menengah AS ditempatkan di wilayah mana pun di dunia, kata Putin.

"Semuanya tetap seperti yang kami katakan," tegasnya.

Mengutip Xinhua, Amerika Serikat dan Uni Soviet menandatangani perjanjian INF pada tahun 1987, yang melarang kepemilikan, pengembangan dan uji coba rudal yang diluncurkan dari darat dengan jangkauan 500-5.500 km. Pada tahun 2019, Amerika Serikat secara resmi mengumumkan penarikan diri dari perjanjian INF.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengemukakan dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan Rusia pada tanggal 28 Juni, setelah penarikan Washington dari Perjanjian INF pada tahun 2019, Moskow telah mengumumkan moratorium penyebaran rudal tersebut selama AS menahan diri untuk tidak menyebarkannya ke wilayah mana pun di dunia.

Namun, menurut Presiden Putin, kini muncul berita, AS tidak hanya memproduksi rudal tersebut tetapi juga telah membawanya ke Eropa dan Filipina pada beberapa kesempatan.

Pemimpin Kremlin mencatat, Rusia tampaknya perlu meluncurkan produksi senjata semacam itu dan, jika perlu, membuat keputusan tentang penempatannya.

Sebelumnya, militer Negeri Paman Sam mengumumkan rencana untuk menempatkan rudal jarak menengah ke Asia guna membendung China.