Bagikan:

YOGYAKARTA – Sebagian di antara kita mungkin belum mengenal fenomena bediding yang melanda sejumlah wilayah Indonesia beberapa hari belakangan. Fenomema ini ditandai dengan suhu udara terasa sangat dingin pada malam hingga pagi hari. Lantas, apa itu fenomena bediding? Temukan jawabannya dalam ulasan berikut ini.

Mengenal Fenomena Bediding

Bediding merupakan fenomena musiman yang terjadi pada awal musim kemarau. Istilah bediding sendiri berasal dari kata serapan Bahasa Jawa “Bedhidhing” yang maknanya perubuahan suhu mencolok. Suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di siang hari suhu melonjak hingga panas menyengat, dikutip dari laman resmi BMKG.

Dalam konteks klimatologi, Fenomena merupakan hal normal karena memang proses fisisnya berkaitan dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau.

Menurut BMKG, ada empat faktor utama penyebab terjadinya fenomena bediding, antara lain:

  • Udara kering: musim kemarau ditandai dengan kurangnya curah hujan, menyebabkan udara menjadi lebih kering. Udara kering memiliki kapasitas panas yang lebih rendah, sehingga lebih cepat kehilangan panas pada malam hari.
  • Langit cerah: minimnya awan pada musim kemarau membuat radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa hambatan. Hal ini dapat membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.
  • Topografi: daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung mengalami suhu suhu yang lebih rendah. Hal ini disesbabkan oleh tekanan udara yang lebih rendah dan kelembapan udara yang lebih kecil.
  • Ketiadaan angin: kurangnya pergerakan angin dapat menghambat percampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di dekat permukaan bumi.

Wilayah yang Terdampak Fenomena Bediding

Bediding termasuk fenomena yang umum terjadi di Indonesia, terutama pada wilayah yang berdekatan dengan khatulistiwa hingga bagian utara. Fenomena ini terjadi pada Juli-September 2024.

Pada wilayah ini, udara pagi hari akan terasa lebih dingin. Sedangkan di siang hari, udara akan terasa lebih panas.

Kondisi ini disebabkan oleh ketiadaan awan dan kurangnya uap air saat musim kemarau, sehingga radiasi langsung Matahari akan lebih banyak yang mencapai permikaan bumi.

Adapun wilayah-wilayah yang terdampak fenomena bediding antara lain:

  • Pulau Jawa
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat (NTB)
  • Nusa Tenggara Timur (NTT)

Fenomena bediding akan berlangsung sampai beberapa bulan dan akan berangsur-angsur kembal normal seperti biasanya.

Demikian ulasan tentang fenomena bediding. Semoga informasi ini bisa membuat Anda mengenal fenomena bediding dengan lebih baik. dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.