JAKARTA - Partai Golkar berpikir ulang untuk mengusung Ridwan Kamil (RK) sebagai calon gubernur di Pilkada Jakarta 2024. Pasalnya, survei elektabilitas RK di Jakarta menurun usai muncul nama mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan dalam bursa cagub.
Mendengar survei Ridwan Kamil merosot, Gerindra yang ingin mencalonkannya di Jakarta membantah. Menurut Waketum Gerindra, Habiburokhman, hasil survei tidak akan sama dengan hasil pada hari pelaksanaan pemilu.
Berdasarkan pengalamanya, legislator dapil Jakarta Timur itu menilai justru warga DKJ selalu menginginkan sosok baru daripada petahana atau incumbent. Sehingga menurutnya, Ridwan Kamil lebih berpeluang menang ketimbang Ahok dan Anies.
"Enggak, enggak, saya ini kan ahlinya Jakarta lah istilahnya. Saya dua kali Pilgub DKI, tim saya menang, saya pileg dua kali menang. Nah saya paham sekali survei itu hampir selalu tidak tepat ketika dibandingkan dengan hasil," ujar Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 20 Juni.
Anggota DPR itu lantas mengungkit Fauzi Bowo yang kala itu mencalonkan kembali di Pilkada 2012. Meski survei bagus, Foke kalah dari Jokowi-Ahok sebagai pasangan baru di Pilkada Jakarta.
Begitupula saat Ahok maju kembali bersama Djarot Syaiful Hidayat di Pilkada Jakarta 2017, Ahok -Djarot juga tumbang oleh Anies-Sandiaga Uno sebagai penantangnya. Padahal, survei Ahok -Djarot kala itu lebih tinggi dari Anies-Sandi.
"Ingat saja surveinya Pak Foke waktu itu kurang bagus apa? Surveinya Pak Ahok, bagus sekali ya kan? Ketika pelaksanaan, beda karena masyarakat DKI ini masyarakat yang kritis. Mereka punya hitung-hitungan sendiri, terutama mereka ini kritis terhadap orang yang merupakan incumbent," bebernya.
Oleh karena itu, Habiburokhman meyakini jika Anies jadi maju sebagai petahana di Pilkada Jakarta 2024, maka bisa kalah dari Ridwan Kamil sebagai figur baru. Apalagi, RK sudah populer secara nasional.
BACA JUGA:
"Ini menurut saya, (Ridwan Kamil) punya kans yang besar untuk tampil, setidaknya kompetitif lah gitu, kan, RK ini. Karena dia kan tokoh baru, tapi orang sudah tahu prestasinya di Bandung dua kali ibukota provinsi yang karakteristiknya mirip Jakarta. Banyak masalah-masalah yang mirip di di Jakarta diselesaikan di kota Bandung, kemudian di Jawa Barat sekali. Jadi orang tahu nih kapasitasnya walaupun dia sosok baru," jelas Habiburokhman.