Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik dan militer Salim Said menilai semestinya Ketua Majelis Tinggi (MTP) Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengetahui kapan bom waktu di internal partainya meledak. Saat menjadikan anak sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai ketua umum Partai Demokrat.

Menurutnya, SBY yang sebelum menjadi Presiden Keenam RI getol mengkritisi nepotisme, justru kini menjadi nepotis. Hal ini lah yang menjadi bola salju kekecewaan para senior yang mensukseskan Demokrat memenangkan SBY.

"Kalau sejarahnya kan tidak istimewa. Berkali-kali SBY mengkritik, menyerang orang nepotisme tapi mengangkat anaknya menjadi ketua partai. Jadi orang tidak menduga SBY mendorong anaknya yang masih muda tentara, berpangkat mayor lalu berhenti, ketika partai lain mengangkat Jenderal. Karenanya banyak yang kesal kok dipaksakan AHY menjadi ketua?," ujar Salim dalam perbincangannya di YouTube Karni Ilyas, yang diunggah Kamis, 11 Maret.

Salim menduga, Kepala Staf Presiden KSP Moeldoko, tidak dalam posisi menawarkan diri menjadi ketua umum Partai Demokrat (PD) versi Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang. Hanya saja, para politikus senior yang kecewa lalu menginisiasikan KLB dan mendekati Moeldoko untuk dipinang sebagai ketum.

Sebab, Mahaguru di Universitas Pertahanan itu mengatakan, tidak ada orang lama PD dalam kepengurusan partai yang kini dipimpin AHY.

"Orang-orang muda semua, kan?" katanya.

Sehingga, menurut Salim, para senior kecewa dan berupaya menarik figur dari luar untuk masuk. Bahkan selain Moeldoko, nama lain yang juga ditawari menjadi ketua umum PD pengganti AHY ialah mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

"Andaikan Pak Moeldoko memang mau (mengincar posisi ketua umum PD, red), bukan dia yang initiate. Yang initiate orang dalam Partai Demokrat," kata Salim.

Tersingkirnya para politikus lama di PD, ditambahkan Salim, tentu sepengetahuan SBY. Untuk itu, seharusnya SBY mengetahui potensi konflik dari kebijakan AHY dan para penasihatnya itu.

"Pak SBY semestinya tahu bahwa itu bom waktu. Orang itu sakit hati, seperti yang terjadi sekarang," tandasnya.