JAKARTA - Otoritas pendudukan Israel menjadikan kota Yerusalem yang diduduki dan kota tuanya menjadi zona militer dengan dalih mengamankan "pawai bendera" provokatif, yang akan dilaksanakan asosiasi kolonial pada Rabu, 5 Juni.
Otoritas pendudukan mengerahkan lebih dari 3.000 polisi di Yerusalem, dan mendirikan pos pemeriksaan militer di jalan-jalan utama, memberitahukan mereka akan menutup jalur utama dan menempatkan lebih banyak pasukan polisi di kota menjelang apa yang disebut "pawai bendera", yang akan melalui kawasan Yerusalem Tua dan berakhir di Lapangan Tembok al-Buraq.
Dilansir ANTARA dari WAFA-OANA, Selasa, 4 Juni, para menteri pada anggota Knesset dari pemerintah koalisi diperkirakan akan mengikuti pawai ini.
Diduga organisasi-organisasi "Kuil" dan kelompok kolonial menyerukan penyerbuan terbesar ke Al-Aqsa pada Rabu, 5 Juni.
Komisi Kristen Islam untuk Mendukung Yerusalem dan Tempat Suci memperingatkan bahaya eskalasi Israel terhadap Masjid Al-Aqsa menjelang malam peringatan pendudukan kota Yerusalem.
BACA JUGA:
Hal ini mengindikasikan Knesset Israel akan mengadakan, untuk pertama kalinya pada hari ini, diskusi bertajuk “Kembalinya Israel ke Bukit Bait Suci” atas undangan Menteri Keamanan Nasional Israel yang disebut ekstremis, Itamar Ben Gvir, untuk mempelajari sebuah rencana “mengadakan ritual Alkitab” di dalam Masjid Al-Aqsa.
Komisi itu mengatakan mereka mempelajari dengan sangat serius eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Masjid Al-Aqsa dan upaya untuk memaksakan fakta-fakta baru yang melemahkan situasi agama dan hukum yang ada, menambahkan bahwa mereka menganggap otoritas pendudukan bertanggung jawab penuh atas dampak serius dari pelanggaran-pelanggaran ini.
Mereka menyerukan umat Islam Palestina untuk memobilisasi dan menuju Masjid Al-Aqsa untuk menghadapi segala upaya penjajah yang menyerbu masjid dan mengadakan ritual Alkitab di dalam masjid.