Bagikan:

JAKARTA - Tiga pramugari EVA Air mendapat pujian karena berhasil meredakan perkelahian fisik antara dua penumpang di dalam kabin saat pesawat maskapai tersebut mengudara.

Dalam pernyataannya kepada CNN seperti dikutip 20 Mei, pihak maskapai mengatakan, perkelahian itu bermula ketika seorang penumpang dilaporkan terbatuk-batuk dan pria di sebelahnya mencoba pindah ke kursi lain untuk menghindar.

Namun, upaya pria tersebut untuk bertukar kursi tidak berhasil karena kursi yang dipilihnya sudah menjadi milik penumpang pria lain. Kedua pria itu kemudian bertengkar soal kursi tersebut, yang menurut pihak maskapai berubah menjadi kontak fisik.

Saat itulah tiga pramugari perempuan turun tangan untuk menangani situasi tersebut, kata EVA Air.

Penerbangan BR08 telah terbang selama tiga jam dari total perjalanan 12 jam yang ditempuh antara Taipei ke San Francisco, Amerika Serikat pada Rabu 8 Mei lalu, saat kejadian terjadi.

EVA Air yang bermarkas di Taiwan, mengatakan, kedua penumpang yang berkelahi itu sama-sama warga asing, namun tidak menyebutkan negara asal mereka.

Berkat tindakan cepat para pramugari ini, dengan bantuan dari beberapa penumpang yang peduli, pihak maskapai mengatakan kedua pria berhasil dipisahkan, sementara sisa penerbangan dilanjutkan sesuai jadwal, berhasil mendarat di San Francisco tepat waktu.

Kapten pesawat menghubungi polisi San Francisco di tengah penerbangan, dan dua penumpang yang agresif tersebut dibawa untuk diinterogasi pada saat tiba di tujuan, menurut EVA.

"Perusahaan selalu menerapkan kebijakan tanpa toleransi terhadap insiden yang mengganggu penumpang," kata EVA kepada CNN dalam pernyataannya.

"Perusahaan akan memberikan imbalan yang pantas kepada (ketiga awak kabin) nanti," lanjut pihak maskapai.

Ini bukan pertama kalinya insiden EVA di udara menjadi berita utama. Pada tahun 2019, seorang penumpang laki-laki yang mengalami obesitas dilaporkan memaksa pramugari perempuan untuk membantunya menanggalkan pakaian, menggunakan kamar mandi dan membersihkannya setelahnya, dengan alasan ia sendiri secara fisik tidak mampu melakukannya.

Setelah kejadian tersebut, EVA secara terbuka menyatakan "terima kasih yang tulus" kepada karyawannya dan berjanji untuk menyelidiki insiden tersebut lebih lanjut.

Pada tahun yang sama, EVA membatalkan kebijakannya yang hanya mempekerjakan perempuan sebagai pramugari, mengatakan akan mempekerjakan laki-laki sebagai awak kabin.