Maskapai Rusia Sediakan Tempat Khusus untuk Penumpang yang Menolak Gunakan Masker
Ilustrasi - Pesawat (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Maskapai penerbangan Rusia Aeroflot mengumumkan akan memiliki kursi khusus di pesawatnya untuk penumpang yang menolak menggunakan masker.

"Sangat penting bagi kami untuk memastikan keselamatan semua penumpang," kata Yulia Spivakova, juru bicara maskapai dalam sebuah pernyataan.

Mengutip CNN, Sabtu 23 Januari 2021, Aeroflot, yang merupakan maskapai nasional terbesar di Rusia, memiliki kebijakan bahwa para pelancong harus mengenakan masker saat naik dan di pesawat. Masker boleh dilepas ketika makan, minum, atau mengganti masker.

Namun, tampaknya beberapa penumpang tidak mematuhi pedoman tersebut. Karena sebuah pesawat tidak bisa berhenti begitu saja di udara dan mengeluarkan penumpang yang melanggar aturan, Aeroflot telah menetapkan kursi tertentu di setiap penerbangan untuk penumpang yang tidak bisa atau tidak akan mengikuti kebijakan penggunaan masker.

"(Ini) tidak mengecualikan penerapan tindakan pertanggungjawaban lain atas pelanggaran aturan penggunaan alat pelindung diri di atas pesawat," tambah Spivakova.

Kebijakan mengenakan masker di pesawat berbeda-beda di seluruh dunia. Operator individu sering kali membuat aturan sendiri. Sebagian besar beban penegakan kebijakan ini dibebankan pada pramugari.

Rusia bukan satu-satunya negara di mana peraturan masker di pesawat menjadi masalah. Di Amerika Serikat (AS) beberapa insiden terjadi pada penerbangan di mana penumpangnya menolak untuk menggunakan masker.

Pada Juli 2020, sebuah penerbangan Southwest Airlines kembali ke Bandara Internasional Denver ketika terjadi perkelahian antara beberapa penumpang. Salah satunya mengklaim bahwa "hak konstitusional" mereka untuk tidak mengenakan masker. 

Pada Agustus 2020, Delta Air Lines mengumumkan bahwa mereka telah memberlakukan hampir 250 larangan seumur hidup bagi para pelancong yang menolak untuk menggunakan masker. Bulan berikutnya, dua penumpang di dua penerbangan domestik berbeda di Jepang dikeluarkan dari pesawat sebelum lepas landas karena tidak mengenakan masker.

Aeroflot belum mengumumkan apakah akan menerapkan larangan jangka panjang atau hukuman lain bagi penumpang yang menolak menggunakan masker selama penerbangan. Tetapi mengisolasi mereka ke area tertentu dari pesawat dapat mengurangi kemungkinan bahwa seorang pelancong yang tidak memakai masker dapat menularkan virus corona ke salah satu teman duduk mereka.

Pentingnya Masker pada Penerbangan

Penggunaan masker dalam penerbangan sangat penting. Pada Oktober 2020, pentingnya masker pada penerbangan dibuktikan dengan kasus dari Hong Kong, di mana pejabat kesehatan telah menguji dan melacak semua penumpang yang mendarat dengan cermat. 

"Mereka menguji semua orang dengan PCR pada saat kedatangan, mengkarantina mereka selama 14 hari dan kemudian menguji penumpangnya lagi," kata dokter penyakit menular David O. Freedman dari Universitas Alabama di Birmingham. 

Jadi pejabat kesehatan di sana tahu penumpang mana yang naik ke pesawat saat sudah terinfeksi virus dan apakah mereka menginfeksi orang lain di pesawat.

Freedman meneliti penerbangan Emirates dari Dubai ke Hong Kong antara 16 Juni 2020 hingga 5 Juli 2020. Apa yang dia temukan cukup jelas. Selama tiga minggu itu, Emirates memiliki lima penerbangan dengan tujuh atau lebih penumpang yang terinfeksi COVID-19 di setiap penerbangan. 

Tanpa masker, dia yakin akan ada banyak kasus. Freedman dan rekannya menemukan beberapa penerbangan berisiko tinggi lainnya termasuk jet eksekutif yang terbang dari Tokyo ke Tel Aviv, Israel, dengan dua dari 11 penumpang terinfeksi virus corona saat itu.