JAKARTA - Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan, pihaknya telah memulai tahap pertama latihan militer persiapan dan penggunaan senjata nuklir taktis.
"Di bawah perintah panglima tertinggi, latihan militer yang melibatkan praktik persiapan dan penggunaan senjata nuklir taktis dimulai di distrik militer Selatan di bawah pengawasan Staf Umum," kata kementerian tersebut, dilansir dari TASS 22 Mei.
Selama latihan tersebut, pasukan rudal berlatih persiapan penggunaan sistem rudal taktis Iskander. Sementara, angkatan udara akan melengkapi senjata penerbangan, termasuk rudal hipersonik Kinzhal dengan muatan khusus dan akan menuju ke area patroli mereka.
Kementerian menggarisbawahi, latihan tersebut dilakukan sebagai tanggapan terhadap pernyataan provokatif yang dibuat oleh pejabat Barat dan bertujuan untuk menjaga kesiapan tanggapan dan memastikan kedaulatan nasional.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa unit dan peralatan siap untuk "penggunaan senjata nuklir non-strategis dalam pertempuran untuk merespons dan tanpa syarat menjamin integritas teritorial dan kedaulatan negara Rusia dalam menanggapi pernyataan provokatif dan ancaman individu pejabat Barat terhadap Federasi Rusia," kata kementerian, dikutip dari Reuters.
Latihan tersebut melibatkan pasukan rudal di Distrik Militer Selatan Rusia, yang terletak berdekatan dengan Ukraina dan juga mencakup bagian Ukraina yang kini dikuasai Rusia.
Belarus, tempat Rusia mengatakan tahun lalu bahwa pihaknya mengerahkan senjata nuklir taktis, juga akan terlibat, kata kedua negara.
"Latihan tersebut jelas merupakan sebuah sinyal dalam menanggapi diskusi mengenai pasukan negara-negara NATO di Ukraina. Fitur yang paling penting adalah pengumuman dan visibilitas terlebih dahulu," kata Nikolai Nikolai Sokov, mantan pejabat pengawasan senjata Soviet dan Rusia.
BACA JUGA:
Ketika Presiden Vladimir Putin memerintahkan latihan tersebut bulan ini, Kementerian Luar Negeri Rusia mengaitkannya dengan komentar Macron dari Prancis, yang melontarkan kemungkinan pengiriman pasukan Eropa untuk melawan Moskow di Ukraina. Kemudian ada Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron, yang mengatakan Kyiv memiliki hak untuk menggunakan senjata yang disediakan oleh London untuk menyerang sasaran di Rusia. Pernyataan tersebut juga menyebutkan, penyediaan rudal ATACMS jarak jauh Inggris, Prancis, dan AS ke Kyiv.
Diketahui, senjata nuklir taktis, atau non-strategis, tidak sekuat senjata strategis yang dirancang untuk memusnahkan seluruh kota musuh. Namun, senjata tersebut memiliki potensi destruktif yang sangat besar.
Rusia memiliki sekitar 1.558 hulu ledak nuklir non-strategis, menurut Federasi Ilmuwan Amerika, meskipun ada ketidakpastian mengenai jumlah pastinya. Mereka dikendalikan oleh Direktorat Utama ke-12 Kementerian Pertahanan Rusia, yang dikenal sebagai GUMO ke-12.