Bagikan:

JAKARTA - Polisi memburu sosok S dalam kasus pabrik obat-obatan terlarang jenis PCC (Paracetamol, Caffeine dan Carisoprodol) dan Hexymer di Citeureup, Bogor. Buronan itu merupakan pengendali peredaran.

"Saya bilang sudah ada 1 yang ditetapkan DPO dengan inisial S, akan kita kejar sampe lubang semut pun akan kita cari," ujar Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Hengki kepada wartawan, Selasa, 21 Mei.

Berdasarkan pendalaman, sosok S merupakan pengendali peredaran PCC dan Hexymer. Dia pemberi perintah kepada HM, tersangka yang sudah ditangkap sebelumnya.

Meski S hanya disebut sebagai pengendali, tak menutup kemungkinan dia juga merupakan pemilik dari pabrik obat terlarang tersebut. Polisi masih mendalami perihal tersebut

"Peran S adalah yang selalu memerintahkan tersangka yang sudah kita amankan (HM) untuk mengantar dan mengirim barang bukti (PCC-Hexymer) yang sudah diamankan dari tersangka," kata Hengki.

Dalam pengungkapan pabrik obat terlarang itu, polisi menyita banyak obat jenis PCC dan Hexymer. Jumlahnya lebih dari 2 juta butir.

"Total PCC yang bisa kita amankan seperti ini yaitu totalnya 1.215.000 tablet dengan berat bruot 692.550 gram," sebutnya.

"Yang kedua total seluruh tablet warna kuning namanya hexymer, jumlah total baramg bukti hexymer 1.024.000 tablet," sambung Hengki.

 

Selain itu, dari hasil pendalaman diperkirakan pabrik itu bisa memproduksi puluhan ribu per hari.

Perkiraan jumlah produksi pabrik itu merujuk pada hasil penyitaan. Ditemukan dua alat cetak berukuran besar yang digunakan untuk membuat PCC dan Hexymer.

"Ini bisa puluhan ribu setiap hari. Jadi kalau satu harinya indikasinya bisa mencetak sepuluh ribu atau dia puluhan ribu," kata Hengki.