JAKARTA - Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto menyebut sempat kebingungan dalam menyiapkan uang untuk memenuhi kebutuhan nonbudgeter Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Hal itu disampaikannya saat menjadi saksi persidangan kasus dugaan pemerasan dan penerimaan gratifikasi untuk terdakwa SYL, Kasdi Subagyono, dan Muhammad Hatta, Rabu, 15 Mei.
Berawal saat Jaksa Penuntut Umum (JPU) mempertanyakan soal alasan Prihasto Setyanto tetap mau memenuhi kebutuhan nonbudgeter dari SYL.
"Kan tadi dikatakan bahwa uang-uang tersebut tidak ada anggaran, ya tidak ada anggarannya di...maupun anggaran di kementerian. Saksi kenapa mau memenuhi tersebut, bagaimana caranya?" tanya jaksa dalam sidang di Pengadilan Tipikor.
"Karena semuanya memang diminta seperti itu," jawab Prihasto.
Kemudian, jaksa mempertanyakan pernah tidaknya saksi menjelaskan bila tak ada anggaran untuk memenuhi kebutuhan pribadi SYL.
Prihasto saat itu menyatakan sempat menyampaikan perihal tersebut. Hanya saja, tetap dimimta utul memenuhinya.
Bahkan, Dirjen Hortikultura Kementan itu mengaku sempat kebingungan mencari uang untuk memenuhi permintaan.
"Kami sudah menyampaikan bahwa ini..waktu itu waktu bu..itukan disampaikannya ke almarhum, almarhum lapor ke kami, terus kami waktu itu juga geleng-geleng kepala gimana caranya ini," sebutnya.
Mendengar keterangan itu, jaksa lalu mempertanyakan soal ada tidaknya paksaan terhadapnya untuk memenuhi permintaan tersebut.
BACA JUGA:
Prihasto menyebutkan bentuk paksaan yang dialaminya yakni terus ditagih oleh terdakwa Kasdi Subagyono dan Muhammad Hatta.
"Ya ditanyain terus, kapan ini menyelesaikan, kapan ini menyelesaikan," sebutnya.
"Oleh kalo tidak pak Hatta, kalo tidak pak Kasdi, itu menanyakan," sambung Prihasto.
Tak hanya paksaan, saksi juga menyampaikan pernah mendengar adanya konsekuensi bila tak memenuhi permintaan tersebut. Satu di antaranya kehilangan jabatan.
"Secara langsung konsekuensinya kami belum melihat tapi tentunya kami terus ditanya terkait hal iru kapam ingun menyelesaikan kapan ini menyelesaikan. Ya kami mendengar ada beberapa eselon II yang kami lihat yang sempat dinonjobkan," kata Prihasto.