JAKARTA - Pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza menemui jalan buntu dan mengalami kemunduran, seiring dengan serangan Israel terhadap Rafah, kata Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani pada Hari Selasa.
Tank-tank Israel bergerak lebih jauh ke Rafah timur, mencapai beberapa distrik permukiman pada Hari Selasa, meningkatkan serangan di kota tempat lebih dari satu juta orang berlindung setelah menjadi pengungsi selama tujuh bulan perang.
"Apalagi dalam beberapa minggu terakhir, kita telah melihat beberapa momentum yang terbangun namun sayang, keadaan tidak berjalan ke arah yang tepat dan saat ini kita berada dalam status hampir menemui jalan buntu. Tentu saja, apa yang terjadi dengan Rafah membuat kita mundur," kata Sheikh Mohammed pada forum ekonomi di Doha, melansir Reuters 14 Mei.
Operasi Israel di Rafah, yang dimulai bulan ini, menyebabkan tertutupnya penyeberangan utama bantuan dari perbatasan dengan Mesir, tindakan yang menurut kelompok kemanusiaan telah memperburuk situasi yang sudah mengerikan.
Sheikh Mohammed mengatakan, Qatar akan terus berupaya menyelesaikan situasi tersebut. Doha diketahui berulang kali menjadi penengah antara kelompok militan Hamas dengan Israel dalam konflik yang telah berlangsung selama tujuh bulan tersebut.
"Kami memperjelas kepada semua orang, tugas kami terbatas pada mediasi," katanya.
"Itulah yang akan kami lakukan, itulah yang akan terus kami lakukan," tandasnya.
Sheikh Mohammed mengungkapkan, perbedaan mendasar antara kedua pihak adalah mengenai pembebasan sandera dan mengakhiri perang.
"Ada satu pihak yang ingin mengakhiri perang lalu membicarakan sandera dan ada pihak lain yang menginginkan sandera dan ingin melanjutkan perang. Selama tidak ada kesamaan antara kedua hal itu, maka kita tidak akan mendapat hasil," kata Sheikh Mohammed.
Sheikh Mohammed memperingatkan, bahkan jika perang berhenti, tanpa rencana penyelamatan yang jelas di Gaza, terdapat risiko meningkatnya radikalisasi dalam jangka menengah.
"Kami sangat khawatir setelah semua gambar ini melihat gelombang radikalisasi lainnya. Jadi, keamanan adalah kunci bagi kami di kawasan ini. Kami perlu menjaganya semaksimal mungkin," tandasnya.
BACA JUGA:
Konflik di Gaza pecah usai Hamas melancarkan serangan ke selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan 252 lainnya diculik, 133 di antaranya diyakini masih ditawan di Gaza, menurut penghitungan Israel, yang kemudian membombardir dan memblokade Gaza.
Sementara itu, sumber kesehatan di Gaza mengatakan, sedikitnya 82 orang tewas dan 234 lainnya terluka di Gaza akibat serangan Israel dalam 24 jam terakhir, dikutip dari WAFA.
Itu menjadikan jumlah korban tewas warga Palestina akibat agresi Israel telah mencapai 35.173 jiwa, sedangkan korban luka-luka menjadi sekitar 79.061 orang.