Bagikan:

JAKARTA - Para peneliti di Israel memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk menyisir tumpukan catatan, guna mencoba mengidentifikasi ratusan ribu orang Yahudi yang terbunuh dalam Holocaust yang namanya tidak tercantum dalam tugu peringatan resmi.

Lebih dari enam juta orang Yahudi dibunuh oleh Nazi selama Perang Dunia Kedua, dalam genosida yang diperingati di seluruh dunia dalam Yom HaShoah atau Hari Peringatan Holocaust pada Hari Senin pekan ini.

Menjelang peringatan tersebut, staf di Pusat Peringatan Holocaust Dunia Yad Vashem di Yerusalem mengatakan, mereka bekerja untuk meningkatkan pencarian rincian korban yang diketahui dan tidak diketahui, setelah mengembangkan perangkat lunak bertenaga AI mereka sendiri.

Selama bertahun-tahun, para sukarelawan telah melacak informasi mengenai 4,9 juta orang dengan membaca pernyataan dan dokumen, memeriksa rekaman film, pemakaman, dan catatan lainnya.

"Sangat sulit bagi manusia untuk melakukannya, hanya untuk memeriksa semuanya dan tidak melewatkan satu detail pun," ujar Esther Fuxbrumer, kepala pengembangan perangkat lunak di pusat penelitian tersebut, kepada Reuters, seperti dikutip 9 Mei

nazi
Kamp Auschwitz (Unsplash/Chester Ho)

Fuxbrumer mengatakan, ada banyak sekali celah dalam 9 juta catatan yang ada. Nazi "hanya membawa orang, menembak mereka, dan menutupinya dalam lubang. Dan tidak ada seorang pun yang tersisa untuk menceritakan tentang mereka."

Dan kemudian ada tugas besar untuk menghubungkan individu dengan tanggal dan anggota keluarga serta detail lainnya, mengawasi duplikasi dan membandingkan akun, katanya.

Sistem AI, yang dikembangkan selama dua tahun terakhir untuk menyaring catatan dalam bahasa Inggris, Ibrani, Jerman, Rusia dan bahasa lainnya, saat ini sedang dalam tahap uji coba.

"Teknologi itu bekerja sangat cepat, hanya perlu beberapa jam untuk memeriksa ratusan kesaksian dan hasilnya sangat tepat," ungkap Fuxbrumer.

nazi
Komplek bekas kamp konsentrasi Nazi Sachsenhausen Memorial. (Wikimedia Commons/Greg Schechter)

"Kami melihat bahwa dari setiap kesaksian, kami bisa mendapatkan antara enam atau tujuh nama dengan rincian lengkap yang bisa kami masukkan secara otomatis ke dalam basis data kami, dan sekitar 10 persen dari nama-nama yang kami temukan sudah ada di basis data kami, tetapi 90 persen adalah nama-nama baru yang belum pernah kami dengar sebelumnya," urainya.

Dalam sebuah kasus, mereka menemukan informasi tentang Yehudit dan Ruth Rosenbaum, dua saudara kembar berusia empat setengah tahun dari Rumania yang dibawa ke Auschwitz. Yehudit selamat. Ruth dibunuh.

"Dan kami bisa mendapatkan lebih banyak informasi tentang Ruth dari seseorang yang sama sekali bukan keluarganya, seseorang yang bertemu dengannya di kamp," jelas Fuxbrumer.

Dalam uji coba tersebut, para staf melakukan pengujian terhadap 400 dari 30.000 kesaksian mereka, termasuk banyak video rekaman para penyintas yang berdurasi tiga jam.

Fuxbrumer mengatakan, 1.500 nama baru telah ditambahkan dan akan ada lebih banyak lagi yang akan ditambahkan dalam beberapa minggu ke depan, saat sistem ini digunakan untuk 30.000 kesaksian.

Tahap berikutnya dari uji coba ini akan mencakup buku harian.

"Kami yakin dengan cara itu kami akan dapat membawa banyak cerita tentang banyak korban yang terbunuh, anak-anak kecil yang tidak diketahui orang lain, untuk menceritakan kepada kami tentang apa yang terjadi pada mereka," pungkasnya.