Bagikan:

SOLO - Wakil presiden (wapres) terpilih Gibran Rakabuming Raka mengaku tak tahu menahu siapa saja orang toksik atau beracun yang dimaksud Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

"Spesifiknya siapa, tanyakan Pak Luhut saja ya. Saya enggak tahu orangnya siapa. Yang dimaksud toksik siapa. Kalau saya berkawan dengan semua. Baik di dalam koalisi, luar koalisi saya jadikan teman, saya jadikan guru," ucapnya kepada awak media di gedung DPRD Kota Solo, Jawa Tengah, Senin 6 Mei.

Terkait orang toksik yang dimaksud adalah mereka yang mengganggu pemerintahan dan tidak memiliki visi dan misi yang sama dengan Prabowo-Gibran, putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mengatakan masih tidak paham dengan yang dimaksud. Bagi dirinya semua merupakan kawan yang siap ia rangkul.

"Saya kira semua ya, sekali lagi, yang di dalam pemerintahan, di luar koalisi ataupun mungkin mantan-mantan kontestan (pilpres), siapa pun itu berhak untuk memberikan masukan. Dari awal sudah kami paparkan, kami siap untuk merangkul semua," tandasnya.

Terkait hal itu, Gibran menegaskan siap menerima masukan dari semua pihak, termasuk evaluasi sehingga tidak mempermasalahkan adanya orang toksik.

"Kami siap untuk terima masukan dari semua. Kami siap terima evaluasi dari semua. Jadi ya saya kira tidak masalah (beda pandangan)," ujar Gibran.

Sebelumnya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan presiden terpilih Prabowo Subianto untuk tidak membawa "orang-orang beracun" ke dalam pemerintahannya yang akan datang.

"Kepada presiden terpilih, saya katakan jangan membawa orang-orang toksik ke dalam pemerintahan Anda karena itu akan sangat merugikan kita. Saya sangat yakin presiden terpilih dapat melakukan banyak hal untuk negara ini menjadi lebih baik di masa depan," kata Luhut dalam sambutannya di acara bertajuk "Jakarta Future Forum: Blue Horizons, Green Growth" di Jakarta, Jumat lalu.

Juru Bicara Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi menjelaskan maksud pernyataan Luhut yang meminta presiden terpilih Prabowo Subianto agar tidak membawa orang toksik ke pemerintahan selanjutnya.

Jodi menjelaskan, istilah toksik merujuk kepada pihak yang menghambat kemajuan program kabinet.

"Pak Luhut menggunakan istilah toksik untuk merujuk kepada pihak-pihak yang cenderung menghambat kemajuan program kabinet karena tidak sejalan dengan visi dan arah yang telah ditetapkan," kata Jodi