JAKARTA - Otoritas Swiss menggelar referendum terkait larangan penggunaan penutup wajah di muka umum, termasuk burka dan niqab yang dikenakan wanita muslim, Minggu 7 Februari waktu setempat.
Hasilnya, melansir BBC sebanyak 51,2 persen penduduk Swiss menyetujui larangan ini. Proposal pelarangan ini diajukan oleh Partai Rakyat Swiss yang kerap berkampanye dengan slogan 'hentikan ekstremisme'.
"Keputusan hari ini membuka luka lama, semakin memperluas prinsip ketidaksetaraan hukum, dan mengirimkan sinyal yang jelas untuk mengucilkan minoritas Muslim," kata Dewan Pusat Muslim dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa itu akan menantang keputusan di pengadilan.
Sebelumnya, Pemerintah Swiss telah menentang larangan tersebut dengan mengatakan bahwa negara tidak berhak mendikte apa yang dikenakan wanita.
Menurut penelitian University of Lucerne, hampir tidak ada orang di Swiss yang memakai burka dan hanya sekitar 30 wanita yang memakai niqab. Sekitar 5 persen dari 8,6 juta penduduk Swiss adalah Muslim, kebanyakan berasal dari Turki, Bosnia dan Kosovo.
Rakyat Swiss diberi hak suara langsung dalam urusan mereka sendiri di bawah sistem demokrasi langsung negara. Mereka secara teratur diundang untuk memberikan suara tentang berbagai masalah dalam referendum nasional atau regional.
Ini bukan pertama kalinya Islam masuk dalam referendum Swiss. Pada tahun 2009, warga menentang saran pemerintah dan memilih untuk melarang pembangunan menara masjid, sebuah proposal yang juga diajukan oleh SVP yang mengatakan bahwa menara adalah tanda Islamisasi.
Proposal dalam referendum Hari Minggu tidak menyebutkan Islam secara langsung, juga ditujukan untuk menghentikan pengunjuk rasa jalanan yang menggunakan penutup wajah. Namun, pemungutan suara itu secara luas disebut sebagai 'larangan bercadar.
Sanija Ameti, anggota komunitas Muslim Swiss, mengatakan kampanye dan penggambaran wanita Muslim di poster penolakan penutup wajah, mengecewakan.
"Begitu banyak Muslim di Swiss akan merasa terhina dan bukan bagian dari masyarakat ini, didorong ke sudut di mana mereka tidak termasuk. Kami tidak terlihat seperti wanita-wanita ini di foto, kami tidak melakukannya," katanya.
Namun, komunitas Muslim lainnya mendukung larangan tersebut. Imam Mustafa Memeti, dari kota Bern, mengatakan motivasi di balik kampanye itu 'mungkin Islamofobia'. Tapi, dia tetap mendukung larangan itu karena itu bisa membantu emansipasi wanita Muslim di Swiss.
Menjelang pemungutan suara, Walter Wobmann, ketua komite referendum dan anggota parlemen SVP, menggambarkan penutup wajah Muslim sebagai 'simbol Islam politik ekstrim' yang telah menjadi semakin menonjol di Eropa. Hal itu tidak memiliki tempat di Swiss.
"Di Swiss tradisi kami adalah menunjukkan wajah Anda. Itu tanda kebebasan dasar kami," katanya.
BACA JUGA:
Sementara, Amnesty International menentang larangan yang diusulkan, menyebutnya sebagai 'kebijakan berbahaya yang melanggar hak-hak perempuan, termasuk kebebasan berekspresi dan beragama'.