Bagikan:

JAKARTA - Warga Swiss menolak proposal oleh aktivis hak-hak binatang, untuk menjadikan Swiss negara pertama yang melarang eksperimen medis dan ilmiah pada hewan, tetapi menyetujui pembatasan yang lebih ketat pada iklan rokok dalam referendum yang diadakan pada Hari Minggu.

Hanya 21 persen pemilih yang mendukung larangan percobaan hewan, dengan 79 persen menentang, menurut angka pemerintah, dalam referendum nasional yang diadakan di bawah tradisi demokrasi langsung Swiss.

Pendukung ingin menghentikan tes, mengatakan mereka tidak etis dan tidak perlu, tetapi mendapat tentangan dari lobi farmasi kuat negara itu, yang memperingatkan kerusakan ekonomi yang dapat ditimbulkan oleh larangan tersebut.

"Kami senang dengan penolakan yang jelas atas inisiatif berbahaya ini," kata Rene Buholzer, CEO grup lobi Interpharma seperti melansir Reuters 13 Februari.

"Ini menunjukkan bahwa penduduk Swiss mengakui peran sentral penelitian, untuk kesehatan masyarakat dan kemakmuran di Swiss," sambungnya.

laboratorium
Ilustrasi binatang di laboratorium. (Wikimedia Commons/Rama)

Sementara itu, pendukung referendum mengatakan hewan di laboratorium dan digunakan untuk menyediakan makanan mengalami diskriminasi serius.

"Mengapa kita tidak memiliki lebih banyak empati untuk mereka?" sebut co-presiden kampanye Renato Werndli.

Dalam pemungutan suara lain pada hari Minggu, pemilih menyetujui pembatasan yang lebih ketat pada iklan tembakau, dengan 57 persen mendukung.

Pembatasan akan membuat iklan semacam itu dilarang di surat kabar, bioskop, internet, di acara-acara, dan di papan iklan, dengan pendukung mengatakan iklan semacam itu mendorong kaum muda untuk merokok.

"Saya mendukung karena sayang sekali orang-orang mulai (merokok), ini adalah fenomena sosial dan tidak bermanfaat bagi siapa pun," tukas Angela Margeuron, dari Carouge.

"Kami terus-menerus mendengar bahwa orang-orang berakhir di rumah sakit atau meninggal atau bahwa mereka memiliki masalah kesehatan yang besar, tetapi iklan masih tetap ada, tentu saja ini tentang uang, seperti biasa."

Diberitakan sebelumnya, lebih dari 550.000 hewan mati dalam tes laboratorium pada tahun 2020 di Swiss, menurut statistik pemerintah. Angka itu termasuk 400.000 tikus dan mice, hampir 4.600 anjing, 1.500 kucing dan 1.600 kuda. Primata, sapi, babi, ikan, dan burung juga dibunuh selama dan setelah eksperimen.

"Sangat kejam dan tidak perlu bereksperimen pada hewan dan saya yakin kita dapat mengembangkan obat-obatan tanpa itu," kata Renato Werndli, seorang dokter dari timur laut Swiss yang meluncurkan inisiatif di bawah sistem demokrasi langsung Swiss.

laboratorium
Ilustrasi binatang di laboratorium. (Wikimedia Commons/Galina Fomina)

Adapun kelompok lobi farmasi Interpharma mengatakan sektor tersebut, yang mencakup perusahaan seperti Roche dan Novartis, menyumbang 9 persen terhadap ekonomi Swiss termasuk efek tidak langsung, dan menghasilkan hampir setengah dari ekspor Swiss.

Interpharma telah memimpin oposisi industri, mengatakan proposal akan menghancurkan jika diadopsi.

"Penelitian obat, studi klinis di rumah sakit dan penelitian dasar di universitas, tidak akan mungkin lagi," terang CEO Interpharma Rene Buholzer.

Bos perusahaan farmasi mengatakan, larangan pengujian hewan dapat menyebabkan berakhirnya obat baru.

"Saya pikir Anda telah melihat di masa COVID-19 betapa pentingnya menemukan vaksin baru, betapa pentingnya obat baru. Dan mereka telah diuji pada hewan," kata Kepala Eksekutif Idorsia Jean-Paul Clozel kepada Reuters.

Terpisah, Maries van den Broek dari Universitas Zurich melakukan penelitian yang menanamkan tumor ke tikus, untuk mempelajari bagaimana sistem kekebalan mereka dapat diperkuat untuk melawan kanker.

"Karena kami tidak memahami bahkan 10 persen dari proses yang terjadi di dalam tumor, tidak mungkin menggunakan model komputer atau kultur sel untuk memahami biologi kompleks kanker," terangnya.

Untuk diketahui, selain kedua pemungutan suara di atas, pemerintah dikalahkan dalam dua suara lainnya pada Hari Minggu. Pertama penghapusan pajak 1 persen untuk peningkatan ekuitas. Kedua, peningkatan dukungan keuangan untuk media.