JAKARTA - Ribuan warga Selandia Baru di pantai timur Pulau Utara negara itu dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi pada Hari Jumat 5 Maret. Kota-kota besar memberlakukan kondisi siaga, setelah tiga gempa mengguncang negara itu dalam waktu kurang dari delapan jam dan memicu sistem peringatan tsunami.
Pekerja, pelajar, dan penduduk di daerah seperti Northland dan Bay of Plenty, di pantai utara dekat Auckland, dibantu oleh pejabat pertahanan sipil karena pihak berwenang mengatakan gelombang tsunami bisa mencapai tiga meter (10 kaki) di atas permukaan air pasang.
Sementara itu, peringatan darurat dikeluarkan untuk semua wilayah pesisir di sekitar Auckland, kota berpenduduk 1,7 juta jiwa, tempat orang-orang diminta untuk menjauh dari tepi perairan. Tidak ada laporan kerusakan atau korban jiwa akibat gempa tersebut.
"Gelombang pertama mungkin bukan yang terbesar," kata Bill Fry, seismolog di badan geosains GNS, pada konferensi pers yang disiarkan televisi di ibu kota, Wellington, seperti dilansir Reuters.
“Aktivitas tsunami akan berlanjut selama beberapa jam, dan ancaman tersebut harus dianggap nyata hingga peringatan ini dibatalkan,” tambahnya.
Gempa terbaru berkekuatan Magnitudo 8,1 dan melanda Kepulauan Kermadec, timur laut Pulau Utara Selandia Baru. Ini terjadi tak lama setelah gempa berkekuatan Magnitudo 7,4 di wilayah yang sama. Sebelumnya, gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,3 melanda sekitar 900 kilometer (540 mil) jauhnya di sebelah timur Pulau Utara.
Badan Manajemen Darurat Nasional (NEMA) Selandia Baru mengatakan, daerah yang terancam gelombang tsunami berasal dari Bay of Islands hingga Whangarei, dari Matata hingga Teluk Tolaga termasuk Whakatane dan Opotiki dan Great Barrier Island.
BACA JUGA:
“Ini merupakan peristiwa yang dinamis, terus berkembang. Kami meminta mereka yang telah pindah ke dataran tinggi atau pedalaman untuk tetap di mana mereka berada sampai semua pejabat jelas diberikan,” kata Menteri Pertahanan Sipil Kiri Allan pada konferensi pers yang sama.